Karangan Khas

10 Pendapat tentang masa depan REDD+

Pilihan besar bagi REDD+. Apakah konferensi iklim Paris mampu menyuarakan REDD+ yang hampir tenggelam?
Bagikan
0
Apakah menyederhanakan skema REDD+ bisa mempercepat implementasi di lapangan? Mokhamad Edliadi/CIFOR

Bacaan terkait

Jalan terjal dan berbatu dilalui skema mitigasi perubahan iklim yang dikenal sebagai REDD+, atau Reduksi Emisi dari Deforestasi dan Degradasi hutan, sejak ide ini pertama kali diperkenalkan saat UNFCCC COP11 di Montreal, 2005.

Konsep dasarnya yaitu mekanisme berbasis pasar agar negara berkembang tropis bisa mendapat dana lebih banyak dengan menjaga tegakan hutan daripada menebanginya. Tetapi upaya mempraktikkan gagasan menghadapi banyak tantangan terkait membuat skema ini berfungsi.

Bagaimanapun, kerangka ini sudah ada, aturan baru diharapkan dihasilkan konferensi perubahan iklim di Paris, dan 39 negara berjanji memasukkan penurunan deforestasi dalam upaya penurunan emisi karbon.

Jadi apa langkah ke depan REDD+? Sepuluh pakar dari seluruh dunia memberi pandangannya.

Louis Verchot
Direktur Penelitian, Hutan dan Lingkungan Hidup
Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR)

Kita perlu melihat ke mana arah horison REDD+, tidak mengangkat tangan dan berkata ini gagal karena telah delapan tahun berlalu dan masih saja belum sempurna.

Semua gagasan baru melalui fase heboh dan eforia, fase kecewa, dan kemudian kita mulai menghadapi realitas. Kini kita berada dalam fase pembuktian-konsep, dengan perangkat aturan akhir diharapkan disepakati di Paris. Negara-negara akan menerima REDD+, atau meninggalkannya—tetapi setidaknya beberapa akan mulai mengerjakannya. Ini artinya mereka benar-benar harus mulai mengubah cara industri bekerja, atau cara petani kecil mendapat akses lahan—dan ini bagian sulit.

Ini bukan masalah yang dapat kita selesaikan proyek demi proyek. Perubahan iklim adalah masalah struktural terkait cara kita mengelola masyarakat, mendapat energi, serta harapan hidup dan penghidupan. Masalah perubahan iklim tercipta sejak 150 tahun, dan berbagai kepentingan terbangun saat itu, jadi mengurainya tidak akan terjadi semalam. Kita perlu keluar dari mentalitas perbaikan kilat.

REDD+ hanyalah satu perkakas dalam kotak untuk mengatasi perubahan iklim. Kini kita dalam fase membangun, setelah fase heboh terlewati—kita perlu melewati kekecewaan dan mulai kerja keras.

Semua ide-ide melewati tahapan sensasi dan kegembiraan, tahapan dilusi dan selanjutnya Anda harus berhadapan dengan realitas – Louis Verchot

Nur Masripatin
Direktur Jenderal Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Indonesia

REDD+ akan tetap sangat penting bagi Indonesia. Kami telah mengerjakan REDD+ sejak 2007 ketika kami menjadi tuan rumah COP Bali. Telah banyak energi dan sumber daya disiapkan untuk REDD+: mulai dari aspek teknis seperti penyusunan tingkat rujukan, hingga membangun arsitektur REDD+, dan memobilisasi dukungan internasional.

Yang diperlukan adalah pengakuan dari masyarakat internasional bahwa REDD+ akan terus memainkan peran penting dalam rejim pasca-2020, selain perlunya mempercepat implementasi REDD+ dalam lima tahun menuju 2020.

Indonesia mempunyai segala yang diperlukan untuk pelaksanaan REDD+ - Nur Masripatin

Saya optimis kita akan memiliki panduan internasional, kita memiliki 17 keputusan COP yang menempatkan bagaimana skema ini dapat diimplementasikan di tiap negara. Kini kita memiliki semua yang diperlukan untuk membuat REDD+ berjalan.

REDD+ adalah mekanisme yang sesuai untuk mengatasi masalah deforestasi dan degradasi hutan seraya memungkinkan pembangunan berlanjut—pembangunan yang terancang baik.

Peter Holmgren
Direktur Jenderal
Pusat Penelitian Kehutanan Internasional

Bagaimana kita menyelamatkan REDD+? Selalu menjadi gagasan cemerlang menggabungkan ambisi konservasi dan mitigasi yang terpelihara oleh sistem multilateral terkini. Kini kita memiliki gabungan tantangan ketidakpastian hasil investasi karbon, tindakan rekayasa rumit REDD+, dan kompleksitas konteks kebijakan dengan beragam prioritas.

Bisa kita katakan bahwa REDD+ adalah keuntungan tambahan dari pembangunan berkelanjutan - Peter Holmgren

Sebelumnya REDD+ melulu soal reduksi emisi, walaupun kemudian ditumpangi tujuan lain, dan rangkaian kereta kini berjuang menembus lanskap. Ini mungkin saatnya kembali ke dasar dan mengakui bahwa reduksi emisi adalah memang tujuan tunggal REDD+. Ini akan lebih efektif daripada memandang REDD+ sebagai tujuan spesifik bersama dengan semua ambisi pembangunan lain—yang seringkali memiliki beban politik atau ekonomi lebih tinggi. Dengan kata lain, mari kita ke tempat lebih tinggi dan bilang bahwa REDD+ adalah manfaat tambahan pembangunan berkelanjutan.

Yitebitu Moges Abebe
Koordinator Nasional
Program REDD+, Ethiopia

Ethiopia punya sejarah panjang habitasi manusia dan kita kehilangan banyak hutan, jadi “plus” dalam REDD+ bermakna khusus di negara kami—kami ingin merestorasi hutan, selain menjaga sisa 17 juta hektar tutupan hutan.

Tetapi sejauh ini pendanaan yang ditawarkan REDD+ benar-benar tidak signifikan. Harga karbon 5 dolar AS tidak ada artinya dibanding peluang pembangunan tradisional di wilayah hutan. Jadi kita mencoba pendekatan gabungan mengelola sumber daya—pendanaan domestik, bantuan pembangunan, selain pembayaran berbasis hasil REDD+.

Bahkan saat REDD+ masih jauh dari horizon dan masih perlu waktu, kami tetap mendapatkan manfaat dari apa yang telah kami lakukan - Yitebitu Moges Abebe

Dalam mempersiapkan REDD+ kita membangun sistem pemantauan hutan modern, mengidentifikasi tantangan dan masalah sektor kehutanan, terutama kelembagaan dan kerangka hukum. Jadi jika REDD+ tidak tampak di horison dalam waktu dekat, saya pikir kita akan memetik manfaat dari apa yang telah dilakukan.

Walaupun kami berharap masyarakat internasional akan berinvestasi dalam REDD+. Jika dilakukan, Anda menolong keragaman hayati. Anda menolong masyarakat lokal. Jika dilakukan dengan baik, hutan terselamatkan. Dan mengarahkan banyak negara, seperti Ethiopia, pada jalur pembangunan berkelanjutan.

Gustavo Suarez De Freitas Calmet
Koordinator Eksekutif
Program Konservasi Hutan Nasional untuk Perubahan Iklim, Peru

Jejak masa depan REDD+ akan sangat bergantung pada bagaimana kita memahaminya. Jika fokus serangkaian proyek percontohan yang bermaksud mengukur emisi karbon gagal akibat intervensi tertentu—proses memakan waktu dan mahal—, masa depan tidak terlalu menjanjikan.

Jika kita memahami REDD+ sebagai mekanisme nasional yang bisa dimasukkan dalam tata kelola lebih luas lanskap besar—termasuk aktivitas pertanian yang biasanya menjadi penyebab utama deforestasi—dan negara mengembangkan beragam kebijakan publik, pendekatan dan aksi untuk menangani deforestasi, masa depan REDD+ menjadi menarik.

Untuk mencapai ini, negara-negara perlu pendorong nasional untuk menjelaskan pada pemerintah nasional, subnasional dan lokal, serta pemain kunci lanskap hutan, dari masyarakat adat, pemilik lahan, hingga investor besar. Hanya dengan bertindak bersama secara terkoordinasi kita bisa mencapai perubahan transformasional dalam mencapai tujuan REDD+ dan membuat pembayaran berbasis hasil jadi mungkin.

Pharo Per Fredrik Ilsaas
Direktur, Perubahan Iklim dan Inisiatif Hutan
Kementerian Lingkungan Hidup, Norwegia

Ide awal REDD+ adalah mengubah cara pasar bekerja dengan melabel harga internasional pada karbon hutan. Ini tampaknya sulit terjadi, terutama pada skala seperti visi 2008 dulu. Tetapi mungkin ada serangkaian motif dan aktor yang bisa mendorong perubahan agak dengan paksaan dan kekuatan—seperti dorongan sektor swasta  untuk rantai suplai bebas deforestasi.

Dorongan ini menciptakan optimisme, bukan karena akan menyelesaikan masalahnya langsung, tetapi karena meluasnya aliansi masyarakat dan organisasi yang ingin membangun kerangka kebijakan publik untuk mengurangi dan menghentikan deforestasi.

Bukti bahwa melindungi hutan adalah ide bagus datang dari pertumbuhan hijau, perspektif  “kepentingan pribadi tercerahkan” jauh lebih kuat saat ini daripada 2008. Sejumlah negara hutan tropis menyadari itu dan bertindak: penurunan luar biasa deforestasi hutan Brasil memicu harapan.

Thelma Krug
Peneliti Senior
Institut Penelitian Ruang Nasional (INPE), Brasil.

Secara prinsip, REDD+ seharusnya memasuki Fase 3. Seharusnya sudah tersedia pembayaran berbasis hasil untuk negara yang memenuhi persyaratan kelayakan REDD+ (mis. indeks teknis, tingkat rujukan, sistem pemantauan hutan, dihargainya informasi perlindungan, dll.) dan telah menunjukkan hasil.

Bila sudah ada dana yang siap dibayarkan, saya yakin banyak negara tertarik dengan REDD+ - Thelma Krug

Jika pembayaran atas hasil ini ada, Saya pikir lebih banyak negara terlibat REDD+. Di sisi lain, jika negara berkembang merasa bahwa upaya REDD+ tidak dibarengi pembayaran, maka REDD+ terancam gagal dalam jangka pendek. Dalam pandangan saya, pembayaran REDD+ akan terealisasi melalui kesepakatan bilateral daripada mekanisme pendanaan multilateral atau pendekatan pasar.

Martin Herold
Profesor Geoinformasi dan Inderaja Wageningen University, Belanda

Fakta bahwa 39 negara memasukkan REDD+ dalam INDCs (minat kontribusi nasional) menunjukkan bahwa hutan dan mitigasi perubahan iklim tetap tinggi dalam agenda politik. Jika ada kesepakan di Paris—dan saya duga bakal ada—REDD+ akan menjadi bagiannya.

Masih ada beberapa pertanyaan. Yang terpenting:  bagaimana ini berkaitan dengan sektor pemanfaattan lahan lebih luas? REDD+ harus berevolusi menuju masalah pemanfaatan lahan lebih luas dan pertanian, dan mengaitkan dengan masalah adaptasi dan keamanan pangan seraya meningkatkan hutan sebagai penyimpan karbon dan jasa lingkungan.

Lebih banyak penelitian diperlukan untuk mencari tahu bagaimana beragam tuuan dapat dicapai dalam lanskap hutan tropis. Sangat sedikit diketahui bagaimana ini dapat dilakukan.

Peran hutan sebagai serapan karbon juga penting. Untuk mengurangi karbon atmosfer kita dapat menurunkan emisi—tetapi kita juga dapat menyerap karbon dengan menumbuhkan hutan. Ini perlu perhatian lebih karena banyak potensi tidak terkuantifikasi dan tidak terpahami dengan baik di wilayah tropis.

Dan Nepstad
Direktur Eksekutif
Institut Inovasi Bumi

Dalam 3 hingga 4 tahun, REDD+ akan berubah di dua jalan penting dan saling terkait. Pertama, akan lebih menjadi mekanisme “bawah-ke-atas”, menemukan relevansi terbesar sebagai elemen pembayaran-untuk-hasil yang tersusun secara regional, strategi yang dirancang dan dimiliki masyarakat lokal di wilayah hutan tropis. Ini mendorong fleksibilitas dan efisiensi lebih aturan dan sistem untuk mengukur hasil dalam geografi politik lebih luas—atau “yurisdiksi”.

Kedua, kita akan lihat persatuan antara yurisdiksi REDD+ dan inisiatif rantai suplai berkelanjutan—termasuk ikrar deforestasi korporasi dan standar komoditas berkelanjutan (mis. meja bundar). Bisnis akan menyadari bahwa kemitraan dengan masyarakat lokal dan sektor pertanian adalah cara termurah dan efisien untuk berhasil menerapkan komitmen keberlanjutan mereka. Kita akan melihat “lomba menuju puncak” di antara negara bagian, provinsi dan negara, yang masing-masing mencoba menarik investasi dan mendapat akses penuh ke pasar. Wahana yang ada untuk mempererat kolaborasi ini, seperti Governors’ Climate and Forests Task Force, akan menjadi wahana kunci menyatukan kolaborasi ini.

Arild Angelsen
Profesor Ekonomi
University of Life Sciences (UMB), Norwegia

Sebagai sebuah gagasan, REDD+ telah menuai sukses, tetapi sejauh ini, upaya REDD+ tidak berubah—pada setiap tingkat—logika deforestasi dasar dan membuat pohon hidup lebih berharga daripada pohon mati. Cara melangkah maju adalah negara berhutan melanjutkan peran lebih kuat dan kepemilikian implementasi REDD+, dan menggabungkannya dengan INDC dan target emisi domestik.

Upaya korporat—dengan menghijaukan rantai suplai—dapat memainkan peran besar, didorong oleh tekanan konsumen dan pemantau lingkungan, serta dilengkapi reforemasi kebijakan domestik. Masyarakat internasional harus secara perlahan mendorong negara-negara lebih kuat lagi berjanji dan menyediakan pendanaan untuk mendorong dan memperkuat upaya domestik negara-negara termiskin.

Informasi lebih lanjut tentang topik ini hubungi Louis Verchot di l.verchot@cgiar.org.
Kebijakan Hak Cipta:
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org