Dengan keanekaragaman hayati yang berada dalam ujung tanduk, restorasi ekosistem menjadi upaya sangat penting yang memerlukan pendekatan pemerintah-masyarakat yang menyeluruh. Deforestasi, fragmentasi habitat, dan perubahan iklim mengancam keanekaragaman hayati, berdampak pada layanan ekosistem seperti penyerbukan, kesuburan tanah, dan pemurnian air.
Kegagalan pencapaian Target Aichi (2011–2020) dalam Konvensi Keanekaragaman Hayati (CBD) PBB mendorong evaluasi baru tentang cara efektif melestarikan keanekaragaman hayati melalui Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Kunming Montreal (KM-GBF – Kunming-Montreal Global Biodiversity) 2022. Koordinasi antarsektor berperan sangat penting dalam menangani isu yang saling terkait, seperti hilangnya keanekaragaman hayati, ketahanan pangan dan gizi, serta perubahan iklim dan penggunaan lahan. Hal ini menjadi krusial karena sebagian besar lahan terdegradasi berada di luar kawasan lindung, sehingga setiap upaya restorasi harus selaras dengan kepentingan lain, seperti pertanian, keuangan, tata kelola, dan mata pencaharian lokal.
Bagi sebagian besar para pihak dalam Konvensi Keanekaragaman Hayati (CBD), tingkat kolaborasi ini merupakan perubahan signifikan dari praktik sebelumnya, di mana kementerian dan departemen bekerja dalam lingkup masing-masing dengan komunikasi yang minim, meskipun keputusan mereka berdampak pada lanskap yang sama. Pada tahun 2023, sebagai tanggapan terhadap tantangan ini, Center for International Forestry Research and World Agroforestry (CIFOR-ICRAF) dan Food and Agriculture Organization (FAO) dan Society for Ecological Restoration (SER) berkolaborasi dalam sebuah proyek yang membantu negara-negara merancang, menetapkan, dan mengimplementasikan target nasional yang selaras dengan Target 2 KM-GBF. Target ambisius ini bertujuan untuk merestorasi setidaknya 30% ekosistem yang terdegradasi secara efektif pada tahun 2030.
CIFOR-ICRAF memimpin empat dialog percontohan Target 2 di Peru, Vietnam, Kenya, dan Burkina Faso. Dialog ini mendukung pengembangan strategi nasional dan subnasional serta kerangka kerja pemantauan untuk kegiatan restorasi. Selain itu, dialog ini juga menghasilkan Target 2 Resource Guide—alat penilaian mandiri untuk memastikan keselarasan dengan panduan global—serta alat penilaian kapasitas untuk memahami kebutuhan masing-masing negara dengan lebih baik.

Sebagai bagian dari proyek Target 2, serangkaian publikasi telah diterbitkan dan kini tersedia. Foto oleh CIFOR-ICRAF.
Di Burkina Faso, dialog ini menjadi bagian penting dalam proses revisi Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati (NBSAP), memberikan kesempatan untuk menyelaraskan sistem nasional untuk memantau indikator keanekaragaman hayati—yang diimplementasikan melalui Observasi Nasional bagi Lingkungan Hidup dan Pembangunan yang Berkesinambungan (ONEDD)—dengan Target 2 KM-GBF dan UN Decade on Ecosystem Restoration.
Di Vietnam, 47 peserta dari berbagai lembaga nasional, termasuk Kementerian Sumber Daya Alam dan Lingkungan (MONRE) serta Kementerian Pertanian dan Pembangunan Pedesaan (MARD), bersama dengan dinas lingkungan dan pertanian provinsi, pengelola kawasan lindung, lembaga penelitian, universitas, dan LSM, berkumpul untuk membahas target spesifik bagi ekosistem hutan, lahan basah, dan laut. Diskusi juga menyoroti pentingnya pedoman hukum, teknis, finansial, dan kelembagaan untuk menggalang sumber daya serta mendukung implementasi efektif Target 2 KM-GBF.
Di Peru—salah satu negara dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia—dialog ini mempertemukan 59 peserta dari berbagai sektor, termasuk Kementerian Lingkungan Hidup (MINAM), Kementerian Pertanian (MIDAGRI), Layanan Nasional untuk Hutan dan Satwa Liar (SERFOR), serta Layanan Nasional Kawasan Lindung Alam (SERNANP). Kolaborasi lintas sektor ini menjadi kunci keberhasilan dalam mencapai tujuan restorasi yang transformatif.
Peru telah mencapai kemajuan signifikan dalam mengembangkan kebijakan dan program publik yang mendukung pendanaan bagi sektor yang berkomitmen pada restorasi ekosistem. Namun, upaya ini masih terfragmentasi, melemahkan tata kelola dalam proses restorasi dan cenderung memprioritaskan hutan dibanding ekosistem penting lainnya. Dialog ini memberi kesempatan bagi peserta untuk secara kolektif dan jujur merefleksikan tantangan serta peluang dalam implementasi efektif Target 2 KM-GBF.
Dialog terakhir dari proyek percontohan Target 2, yang diadakan di Kenya, melibatkan berbagai pemangku kepentingan, baik dari sektor pemerintah maupun non-pemerintah. Dialog ini berfokus pada evaluasi dan penguatan upaya pemantauan restorasi ekosistem Kenya serta pengembangan peta jalan restorasi yang kolaboratif untuk mendorong kemajuan.
Dalam diskusi, muncul kebutuhan mendesak untuk menyelaraskan platform dan protokol data, mengharmonisasi kebijakan yang tumpang tindih yang dapat membingungkan panduan penting dalam tindakan restorasi, serta membangun mekanisme koordinasi yang efektif sebagai langkah krusial dalam mencapai ambisi restorasi Kenya.
.
“Masih terdapat kesenjangan besar antara visi global tentang keanekaragaman hayati dan rencana aksi nasional yang telah diajukan negara-negara ke COP 16,” kata Khalil Walji, ilmuwan CIFOR-ICRAF, sekaligus pemimpin proyek ini. “Perubahan transformatif yang dijanjikan menuntut pendekatan baru yang mendorong kolaborasi berkelanjutan dan tata kelola inklusif. Pelajaran dari percontohan Target 2 menjadi landasan untuk memajukan restorasi ekosistem global melalui koordinasi lintas sektor yang lebih baik.”
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org