Kontribusi mangrove dalam mendukung ketahanan pangan, gizi, dan penghidupan bagi masyarakat lokal belum banyak diketahui. Ekosistem mangrove merupakan habitat penting bagi ikan dan hewan air lainnya yang kaya akan makro dan mikronutrien untuk ketahanan pangan dan gizi. Ekosistem mangrove juga menyediakan tempat untuk menangkap ikan yang lebih tenang daripada perairan terbuka, memungkinkan nelayan dengan perahu kecil atau tanpa perahu untuk mendapatkan mata pencaharian.
Di bawah Proyek Riset Restoring Coastal Landscape for Adaptation Integrated Mitigation (ReCLAIM) yang didanai oleh Lucille-Packard Foundation dan United States Agency for International Development (USAID), CIFOR-ICRAF dan mitra melakukan penelitian multidisiplin untuk menilai kontribusi mangrove terhadap ketahanan pangan, gizi, dan mata pencaharian masyarakat lokal di Banyuwangi dan Demak, Indonesia.
Kabar Hutan mewawancarai Mulia Nurhasan, Ilmuwan CIFOR-ICRAF di bidang gizi dan pangan tentang bagaimana penelitian ini dilakukan, temuan-temuan menarik, dan relevansinya dengan ketahanan pangan, gizi, dan penghidupan masyarakat lokal.
T: Apa latar belakang dan tujuan dari riset yang dilakukan?
J: Manfaat mangrove dalam mitigasi bencana sudah banyak diketahui, namun manfaatnya bagi masyarakat lokal terutama untuk bidang pangan, gizi, dan mata pencaharian belum banyak diketahui.
Ikan dan hewan air lainnya seperti udang, kepiting, dan keong, banyak dikonsumsi masyarakat lokal. Mangrove menyediakan tempat untuk bersembunyi, memijah, dan berkembang biak bagi hewan-hewan air ini.
Penelitian kami berusaha untuk mengungkap apa manfaat mangrove untuk masyarakat lokal terutama bagi mata pencaharian, pangan, dan gizi mereka.
T: Bagaimana penelitian ini dilakukan?
J: Studi ini kami lakukan dengan desain potong lintang atau cross sectional di dua lokasi. Kami mendatangi hampir 800 rumah tangga dengan anggota keluarga yang berprofesi sebagai nelayan mangrove di kedua lokasi, Banyuwangi, dan Demak.
Kami bekerja sama dengan mitra lokal yaitu Universitas Brawijaya, Universitas Diponegoro, Universitas 17 Agustus Banyuwangi, dan Yayasan Hutan Biru.
Kami melakukan dua jenis survei, yang pertama survei mata pencaharian di mana kami menanyakan hal-hal terkait pendapatan, jenis ikan yang mereka dapatkan, alat tangkap, pengeluaran, kemudian pendapatan anggota keluarga lainnya secara detail untuk mendapatkan informasi sebesar apa kontribusi mangrove terhadap mata pencaharian mereka.
Selain itu, kami juga melakukan survei konsumsi makanan mengenai apa yang mereka konsumsi dalam waktu tujuh hari terakhir dan apa yang mereka konsumsi dalam waktu 24 jam terakhir kepada ibu dan anak usia 2 sampai 12 tahun di rumah tangga nelayan mangrove ini.
Kami juga melakukan focus group discussion dan in depth interview dengan beberapa key stakeholders di dua lokasi.
T: Apa manfaat mangrove bagi mata pencaharian, ketahanan pangan, dan gizi masyarakat?
J: 85% dari responden yang kami wawancarai adalah nelayan mangrove, dan mereka menjadikan mencari ikan di kawasan mangrove sebagai pekerjaan utama mereka.
Lebih dari 60% nelayan menggunakan kapal, dan sekitar 30% nelayan tidak menggunakan kapal dalam aktivitas perikanannya. Nelayan yang menggunakan kapal pun didominasi kapal tangkapan kecil, di bawah 10 PK, bahkan ada yang tidak bermesin.
Ini artinya perikanan mangrove inklusif terhadap masyarakat pesisir dengan perekonomian menengah ke bawah.
Sekitar 90% ibu dan anak di kedua lokasi penelitian mengonsumsi ikan selama tujuh hari terakhir. Sebagian besar ikan dan hewan air lainnya yang dikonsumsi oleh responden berasal dari hasil tangkapan mereka sendiri.
Sekitar 60% responden mengatakan bahwa mereka mendapatkan ikan dan hewan air lainnya untuk dikonsumi dari area mangrove.
Kami mencatat terdapat sekitar lima puluh jenis ikan di masing-masing lokasi di mana rata-rata responden mengonsumsi tiga jenis ikan dan satu jenis hewan air lainnya selama tujuh hari terakhir.
T: Mengapa hasil temuan ini relevan dengan ketahanan pangan dan gizi masyarakat?
J: Ikan dan hewan air lainnya itu banyak mengandung bukan hanya protein, tapi juga zat gizi mikro seperti zat besi, seng, kalsium, sangat penting untuk pertumbuhan anak, kemudian pertumbuhan bayi dalam perut ibu hamil, dan wanita usia subur.
Ikan dan hewan air lainnya mengandung asam lemak tak jenuh ganda seperti DHA dan EPA. DHA dan EPA ini sangat penting untuk pertumbuhan otak dan mempengaruhi kemampuan kognitif anak.
Keanekaragaman ikan dan hewan air lainnya menawarkan berbagai macam kandungan zat gizi makro dan mikro yang berbeda-beda. Misalnya, satu jenis ikan memiliki kandungan zat besi yang tinggi, sedangkan jenis ikan lain mengandung kalsium yang tinggi.
Keberagaman dari kandungan dari kandungan zat gizi yang berbeda-beda ini menjanjikan potensi yang lebih besar untuk asupan gizi yang lebih lengkap bagi yang mengonsumsinya.
Secara keseluruhan, hasil kami menunjukkan bahwa mangrove berkontribusi besar untuk mata pencaharian, ketahanan pangan, dan gizi masyarakat lokal.
T: Apa yang diharapkan dari hasil riset ini?
J: Hasil penelitian kami ini bisa digunakan untuk memperkuat advokasi terhadap pentingnya restorasi dan konservasi mangrove karena ternyata mangrove bukan saja penting untuk mitigasi bencana, tapi juga penting untuk ketahanan pangan, gizi, dan mata pencaharian masyarakat lokal.
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org