Saya sangat gembira dan terhormat dapat menyambut Bapak Ibu sekalian dalam konferensi ini, Hutan Indonesia: Alternatif Masa Depan untuk Memenuhi Kebutuhan Pangan, Kayu, Energi dan REDD+.
Ketika saya dan rekan-rekan kerja saya di CIFOR mulai berpikir tentang event ini, kami tidak pernah membayangkan bahwa kami akan menerima dukungan sedemikian besar dari berbagai penjuru Indonesia dan seluruh dunia.
Hari ini kami telah mengumpulkan para pemimpin dan ahli bangsa ini, para pembuat kebijakan dan pemimpin bisnis, para penasihat dan donatur untuk mendiskusikan masa depan hutan Indonesia.
Kami berharap dapat menarik perhatian masyarakat sampai dengan 800 peserta. Tetapi sampai pagi ini sudah terdaftar 900 orang, dengan sejumlah peserta berada lantai bawah, mendengarkan berbagai pidato yang disiarkan secara langsung pada pagi ini. .
Minat dan dukungan yang luar biasa ini memperkuat keyakinan saya bahwa Indonesia sedang berada di persimpangan jalan dalam pengelolaan salah satu sumber dayanya yang terbesar-hutan.
Saya sudah mengamati isu-isu kehutanan di Indonesia selama lebih dari 25 tahun, dan belum pernah melihat sebelumnya bahwa peranan hutan menjadi pusat perhatian politik sedemikian besar di Indonesia maupun internasional.
Berbagai sumber dana substansial dari berbagai anggaran pemerintah,berbagai organisasi multilateral serta filantropitelah diarahkan untuk kehutanan.
Sektor swasta sedang melakukan investasi besar-besaran dalam praktik-praktik berkelanjutan, yang belum pernah terjadi sebelumnya, sebagai tanggapan terhadap berbagai peluang pasaran baru untuk produk-produk yang dihasilkan secara berkelanjutan, dan produk-produk baru seperti sekuestrasi karbon hutan
President Yudhoyono. Tekad Anda yang berani pada tahun 2009 untuk mengurangi emisi gas rumah kaca menunjukkan bahwa Indonesia bersedia bukan hanya untuk berkontribusi terhadap perjuangan global terkait perubahan iklim, tetapi untuk memimpin perjuangan tersebut.
Dan kehadiran Bapak Ibu sekalian di sini pada hari ini menunjukkan bahwa sekalipun komitmen untuk menangani perubahan iklim oleh sebagian pemerintahan tersisih oleh krisis ekonomi, komitmen Bapak/Ibu tetaplah kuat.
Saya menyadari bahwa kita semua sangat mendukung berbagai tindakan pemerintah Indonesia menuju pengelolaan hutan yang lebih baik untuk mencapai sasaran pengurangan emisi-seperti misalnya usaha yang tengah dilakukan untuk mengimplementasikan berbagai komitmen yang dinyatakan dalam Nota Kesepahaman dengan Pemerintah Norwegia.
Kita semua ingin mendukung tujuan pemerintah Indonesia untuk mengurangi pesatnya laju deforestasi sambil tetap memenuhi sasaran-sasaran domestik untuk memperluas ekonomi, menciptakan lapangan pekerjaan dan untuk menjamin keamanan pangan.
Ya, ada beberapa peluang untuk “sama-sama menang.”
Tetapi saya pikir kita semua paham bahwa untuk memenuhi berbagai komitmen tersebut akan menuntut beberapa pilihan yang sulit.
Akan ada trade-off (pertukaran) dan berbagai kompromi yang akan memerlukan kepemimpinan pemerintah, pihak bisnis, dan masyarakat madani untuk menentukan langkah maju untuk Indonesia dengan cara yang transparan dan adil.
Dan itulah sebabnya mengapa kita ada di sini pada hari ini.
Tujuan utama dari konferensi hari ini adalah untuk menciptakan ruang diskusi yang terbuka dan jujur di antara para pemangku kepentingan, yang dengan kesatuan memiliki kekuatan untuk membentuk masa depan hutan indonesia
Konferensi ini sangat tepat waktu dilihat dari sudut pandang domestik, karena kontroversi terkait moratorium dan berbagai pilihan kebijakan lainnya terus diperdebatkan.
Perwakilan pejabat pemerintah, pemimpin bisnis, dan masyarakat madani membutuhkan peluang untuk saling memahami sudut pandang mereka, dan memperluas wilayah konsensus mereka selanjutnya.
Tujuan lain dari konferensi hari ini ialah untuk mencapai suatu pemahaman yang lebih baik mengenai bagaimana komunitas internasional dapat membantu. (help in what ?)
Di Oslo pada bulan Juni yang lalu, saya mendengar Menteri Solheim menjelaskan bagaimana rakyat Norwegia akan marah bila ada delegasi dari Indonesia datang dan mengajari mereka tentang cara mengelola industri minyak, demikian juga kehadiran beliau dan pihak-pihak lainnya di sini bukanlah untuk mengajari rakyat Indonesia tentang apa yang harus dilakukan Indonesia terhadap sektor kehutanan
Tetapi komunitas global merupakan pemangku kepentingan yang sebenarnya akan apa yang diputuskan oleh rakyat Indonesia.
Tentunya tidak adil untuk meminta Indonesia melaksanakan agenda ini sendirian, karena sebagian besar tekanan terhadap hutan Indonesia didorong oleh perdagangan dan investasi internasional.
Jadi, tekad Presiden Yudhoyono di tahun 2009 untuk mengurangi emisi sudah sepantasnya memiliki suatu target, karena bila negara Indonesia bertindak sendirian, maka mencapai satu target lain yang lebih ambisius maka Indonesia harusmendapat bantuan internasional.
Kami di CIFOR sedang berusaha melakukan bagian kami yaitu memberikan informasi dan analisis yang dibutuhkan guna membuat keputusan yang berdasar terhadap berbagai pilihan dan implikasi dari jalur-jalur alternatif yang menggabungkan konservasi (kelestarian) hutan dan pembangunan.
Kami yakin konferensi ini juga tepat waktu dilihat dari sudut pandang internasional.
Sebagaimana Anda ketahui, Perserikatan Bangsa-bangsa telah mencanangkan 2011 sebagai Tahun Hutan.
Dan hari ini kita berduka dan mengenang Wangari Maathai, pemimpin Gerakan Sabuk Hijau (Green Belt Movement), dan pemenang Hadiah Nobel untuk Perdamaian pada tahun 2004.
Meskipun ibu Wangari kalah dalam memerangi kanker dua hari yang lalu, beliau telah menang dalam perjuangan menempatkan hutan dan rakyat yang bergantung pada hutan di atas landasan kokoh di dalam agenda global.
Tinggal dua bulan lagi kita akan menuju pada pembicaraan tahunan PBB tentang perubahan iklim, yang akan dilaksanakan di Durban, Afrika Selatan.
Kami akan memastikan bahwa pesan-pesan utama yang muncul pada konferensi hari ini akan memberitahu dunia tentang apa yang diperlukan untuk membantu Indonesia membuat suatu keputusan dari pilihan-pilihan sulit untuk mengamankan hutannya.
Seperti yang kita baca di surat kabar dalam beberapa minggu terakhir, baik yang terkait dengan krisis anggaran di Amerika Serikat, krisis mata uang Euro di Eropa, atau krisis Timur Tengah di Perserikatan Bangsa-bangsa, kita sudah diperingatkan bahwa para pemimpin politik jarang mendapat penghargaan atas pemikiran jangka panjang mereka, atau karena meminta kepada warga yang diwakilinya untuk berkompromi atau mengalami kesulitan untuk jangka pendek.
Sebagai akibatnya, kita tergantung pada segelintir pemimpin visioner dengan keberanian berdasarkan keyakinan bahwa mereka dapat memimpin kita menuju masa depan yang lebih baik.
Indonesia beruntung karena memiliki Presiden Yudhoyono sebagai pemimpin yang terus membuktikan dengan tekadnya di tahun 2009 untuk mengurangi emisi gas rumah kaca Indonesia, dan tindakan-tindakan selanjutnya guna memastikan perlindungan bagi hutan Indonesia.
Bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian, menjadi kehormatan besar bagi saya untuk memperkenalkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk memberikan sambutan utamanya.
Bapak Presiden.
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org