BOGOR, Indonesia—Apakah pandangan dari para pembuat kebijakan akan bergeser dari memitigasi perubahan iklim kepada beradaptasi? Apakah hak-hak penduduk setempat dan masyarakat adat akan dihormati dalam inisiatif finansial untuk meredam emisi karbon dari deforestasi? Apakah ada dana untuk berinvestasi di dalamnya? Hal-hal ini diharapkan menjadi bagian kecil dari berbagai topik debat utama di pembicaraan iklim PBB di Peru minggu ini, menurut dua pakar utama dunia dalam ilmu dan kebijakan iklim. Bulan lalu, Lou Verchot, Direktur Program Lingkungan Hidup, Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR), dan Steve Leonard, Analisis Kebijakan Senior CIFOR, melakukan pratinjau tentang isu tersebut. Beberapa di antara berbagai topik yang mereka soroti:
- Terdapat ketidaksepakatan tentang apakah panduan lebih jauh diperlukan untuk safeguards hak-hak dan manfaat penduduk setempat dan masyarakat adat dalam inisiatif REDD+ (Reduksi Emisi dari Deforestasi dan Degradasi hutan).
- Membuat faktor-faktor kontribusi emisi non-karbon terhadap perubahan iklim–dan mengukur berbagai efeknya– penuh dengan kerumitan dan ketidakpastian, dengan ramifikasi siapa yang membayar emisi, dan berapa besarnya.
- Kecepatan Dana Iklim Hijau sedang meningkat, dengan tekad utama dari AS, Jepang dan negara-negara lain bulan lalu. Langkah berikutnya: Membelanjakan uangnya.
Saksikan video lengkap dialog ini. Berikut ini transkrip yang sudah disunting.
- Di Forum Bentang Alam Global:Pendanaan iklim, adaptasi dan safeguards REDD menjadi topik diskusi utama di Forum Bentang Alam Global, 6-7 Desember di Lima, Peru dalam COP 20 UNFCCC. Sesi-sesi pilihan akan ditayangkan langsung (streaming) di Internet: Periksa org untuk jadwal terbaru. Ikuti semua beritanya dari Forum ini di forestsnews.cifor.org/lima.
Tentang isu-isu utama dalam negosiasi Lima
Lou Verchot: Steve, saya ingin mendapatkan pandangan dari Anda ke mana arah semua negosiasi ini akan tertuju. Apakah yang menjadi isu-isu utama yang kita saksikan di Lima?
Steve Leonard: Ada beberapa isu yang luar biasa. Satu isu yang saya pikir sangat menarik adalah sekitar adaptasi dan bergerak ke arah tentang apakah akan menetapkan sasaran global untuk adaptasi. Kita menyaksikan perubahan signifikan dalam pemahaman keseimbangan antara diskusi terkait adaptasi dan mitigasi. Berbagai negosiasi dan hasilnya sampai hari ini telah sangat terfokus pada mitigasi. Dan jadi saya pikir, kita bisa berharap bahwa kesepakatan baru akan lebih seimbang dalam konteks itu. Ada satu penekanan signifikan dalam peningkatan skala pendanaan, dan dengan demikian laporan IPCC baru-baru ini, yang menekankan keterdesakan penanganan iklim, sedang bergema melalui negosiasi dalam pengertian pendanaan.
Akan ada kesepakatan yang dihasilkan Lima … dimaksudkan untuk memberikan panduan dan arahan pada berbagai lembaga lain dalam UNFCCC guna membantu mereka menentukan arah prioritas dan pengadaan dana.
Hasil penting lain yang diharapkan di Lima adalah Intended Nationally Determined Contributions (Kontribusi Harapan Nasional Yang Diputuskan) atau INDC. Sekarang, diskusi di sini adalah lingkup kontribusi tersebut dan apakah itu akan hanya terbatas pada mitigasi, atau apakah itu akan merupakan lingkup yang lebih luas dan mencakup adaptasi dan sarana untuk implementasi–jadi transfer teknologi, pendanaan dan pembangunan kapasitas. Dalam pengertian hutan dan tata guna lahan, tata guna lahan diharapkan tercakup dalam INDC. Sudah terjadi beberapa intervensi untuk memasukkan REDD+ sebagai INDC. Jadi saat ini kita sedang bergerak ke arah menetapkan lingkup dari informasi, jenis informasi yang akan diserahkan sebagai bagian dari kontribusi negara pada awal 2015. Konferensi Lima akan memberikan keputusan yang akan menentukan lingkup informasi tersebut, apakah akan dibatasi pada mitigasi, atau apakah akan memasukkan bidang-bidang lain–adaptasi dan berbagai sarana implementasi. Sisi lain dari negosiasinya terkait dengan potensi mitigasi pra-2020. Jadi sudah ada banyak pekerjaan yang berlangsung untuk menetapkan di mana ada potensi mitigasi pra-2020 yang dapat ditingkatkan antara sekarang dan 2020. Dan sudah ada berbagai pertemuan pakar yang diselenggarakan tentang tata guna lahan dan baru-baru ini tentang emisi non-CO2 dengan sedikit fokus pada sektor pertanian. Jadi akan ada kesepakatan yang dihasilkan di Lima, dimaksudkan untuk memberikan panduan dan arahan pada berbagai lembaga lain dalam UNFCCC– Dana Iklim Hijau atau Dana Adaptasi atau lembaga-lembaga teknologi-untuk membantu mereka memrioritaskan arah dan pengadaan dana.
Tentang pertanian dan tata guna lahan
Verchot: Di mana Anda melihat arah pertanian dalam negosiasi ini? Apakah pertanian muncul dalam adaptasi saja, atau apakah benar-benar masuk ke sisi mitigasi dalam diskusi tersebut?
Leonard: Pertanian baru saja mulai, saat ini sedang didiskusikan dalam SBSTA, Badan Pembantu untuk Saran Ilmiah dan Teknis, yang merupakan badan penasihat untuk Konferensi Para Pihak, atau kerangka kerja UNFCCC yang lebih luas. Diskusi pertanian tersebut saat ini sedang dibahas dalam konteks adaptasi terutama. Ada beberapa pertimbangan tentang pertanian dalam konteks mitigasi, dan itu muncul dengan sangat jelas dalam pertemuan pakar teknis baru-baru ini, yang mencakup emisi non-CO2. Jadi, memandang pada potensi jangka pendek dalam pengertian mitigasi dari sektor pertanian, ada peta jalan yang membawa diskusi adaptasi pertanian sampai tahun 2016.
Tentang safeguards REDD+
Verchot: Kami mendengar banyak pembicaraan bahwa ada suatu kebutuhan untuk tambahan panduan dalam safeguards. Apakah ada sesuatu yang dihasilkan dari diskusi pendahuluan yang mengarah ke Lima?
Leonard: Ketika awal panduan dikembangkan, ada banyak kritikan tentang apakah panduan tersebut memadai. Dan alasannya bahwa pada saat tersebut hal tersebut disetujui ialah karena dalam pengertian kegiatan demonstrasi dan implementasi REDD+ dan pengurangan emisi dari sektor hutan di lapangan, belum cukup. Jadi banyak negara ingin menunggu sampai ada lebih banyak pengalaman dan lebih banyak pelajaran yang ditimba dalam pengertian kegiatan demonstrasi dan kemudian membawanya ke dalam diskusi.
Kekhawatiran utamanya ialah apakah panduan lebih lanjut terkait safeguards yang akan menjadi beban tambahan sehingga memperlambat proses.
Beberapa mengatakan bahwa hal tersebut masih diperlukan. Ada potensi diskusi untuk bahkan berlanjut…yang bukan merupakan hal yang buruk, karena Sistem Informasi Safeguards dimaksudkan untuk [berubah]. Kekhawatiran utamanya ialah apakah panduan lebih lanjut terkait safeguards akan menjadi beban tambahan yang akan memperlambat prosesnya. Jadi Anda memiliki beberapa negara yang maju lebih jauh dalam pengertian implementasi REDD+ dibandingkan yang lainnya. Tetapi ada argumen berlawanan terhadap hal tersebut bila berbicara tentang kapasitas negara yang paling sedikit perkembangannya dalam konteks apakah ada cukup panduan untuk memampukan mereka untuk menempatkan sistem safeguards dan [melaporkan] tentang safeguards. Bila panduan lebih jauh akan dihasilkan di Lima, panduan tersebut akan berupa usaha untuk memasukkan keseimbangan ini dalam pertimbangannya. [organisasi masyarakat sipil] dan masyarakat adat sedang membuat argumen yang sangat kuat dalam meningkatkan penekanan terhadap partisipasi dalam implementasi dan pelaporan safeguards. Itu juga akan menjadi komponen signifikan dalam negosiasi di Lima.
Presentasi: Kebijakan Bentang Alam UNFCCC, pra-Lima dari CIFOR
Tentang metrik dan emisi non-CO2 dalam kesepakatan iklim baru
Leonard: Lou, saya tertarik untuk mengetahui, dalam negosiasi di Bonn, dalam bulan Juni tahun ini, ada beberapa kekhawatiran yang dikemukakan oleh Brasil dalam pengertian penyelesaian diskusi terkait metrik dan keterkaitan antara metrik dan kesepakatan iklim baru. Saya tertarik untuk mengetahui dari Anda ke mana diskusi tersebut mengarah pada saat ini dalam konteks isu metrik saat ini dalam Protokol Kyoto, dan juga pentingnya emisi non-CO2 dalam masa pra-2020.
Verchot: Betul. Isu metrik adalah sesuatu yang menarik. Isu ini sangat teknis. Dan ada banyak informasi baru yang berasal dari laporan JPCC dalam laporan penilaian kelima dengan “nilai-nilai potensial baru pemanasan global”, yang menetapkan suatu nilai relatif di antara berbagai gas rumah kaca yang berbeda relatif terhadap karbon dioksida. Informasi tersebut mengizinkan negara-negara untuk membuat imbal balik atau keputusan mengenai bagaimana mereka akan menangani berbagai gas rumah kaca yang berbeda dan campuran gas rumah kaca dalam kebijakan mereka.
Bila Anda melihat emisi pertanian dan Anda ingin menangani metana, Anda ingin mencoba menghubungkannya dengan karbon dioksida-potensial pemanasan globalnya ialah satu metrik sehingga Anda dapat menggunakannya untuk menghubungkan metana dalam pemahaman karbon dioksida.
Jadi, misalnya, bila Anda memandang pada emisi pertanian dan Anda ingin menangani metana, Anda ingin mencoba menghubungkannya dengan karbon dioksida-potensial pemanasan globalnya ialah satu metrik sehingga Anda dapat menggunakannya untuk menghubungkan metana dalam pemahaman karbon dioksida. Jadi, sekian banyak ton reduksi metana setara dengan sekian banyak ton reduksi karbon dioksida. Dinitrogen oksida juga gas lain yang penting dalam pertanian. Semuanya ini memiliki potensi pemanasan berbeda, dan diskusi di seputar metrik adalah karena tidak ada dari metrik tersebut yang sempurna. Jadi potensi pemanasan global bergeser pada kerangka waktu yang Anda lihat. Jadi metana misalnya memiliki potensi pemanasan global yang sangat tinggi bila Anda melihatnya selama 20 tahun dan potensi pemanasan global yang sangat rendah selama 100 tahun–karena gas ini hanya hidup di atmosfer selama 12 tahun. Jadi bila Anda memandang 20 tahun, sebagian besar dari apa yang diemisikan sekarang sudah tidak ada di atmosfer. Jadi itu memiliki potensial pemanasan yang sangat variabel. Dinitrogen oksida adalah gas yang daya hidupnya sangat panjang. Gas ini tinggal di atmosfer selama lebih dari 100 tahun, jadi gas ini memiliki nilai sangat konstan ketika Anda memandang melintasi waktu atau skala waktu. Tetapi potensi pemanasan globalnya tidak sempurna karena, walaupun hal tersebut disebut potensi pemanasan, sebenarnya adalah pengukuran energi. Hal tersebut bukanlah pengukuran suhu. Dan ada pengukuran suhu. Jadi bila kita berusaha membidik sasaran 2°C merupakan pemanasan maksimum yang kita ingin capai, potensi pemanasan globalnya bukan merupakan ukuran terbaik yang dipakai. Faktor suhu global akan menjadi ukuran yang lebih baik untuk digunakan. Kerangka waktu yang Anda gunakan dan nilai-nilai yang Anda tentukan pada hal-hal ini memiliki banyak ketidakpastian di sekelilingnya, jadi bagaimana Anda membuat faktor ketidakpastian tersebut menjadi peraturan, misalnya? Jadi bila Anda ingin mengatur emisi dari perusahaan penerbangan dan Anda ingin membuat faktor beberapa hal ini ke dalam rancangan dan operasi perusahaan penerbangan Anda, pesawat udara Anda-bagaimana Anda memasukkan ketidakpastian ini ke dalam perhitungannya? Jadi hal ini memiliki banyak implikasi untuk negosiasi antar-negara, untuk imbal balik, untuk implementasi, hanya tentang apakah metrik itu. Dan metrik tertentu memiliki keuntungan bagi beberapa negara tertentu dan kerugian untuk negara-negara lainnya. Negara seperti Selandia baru, 50 persen dari emisi gas rumah kaca mereka berasal dari metanaa dari peternakan. Dan dengan demikian pengurangan emisi mereka yang besar akan berasal dari bentuk gas rumah kaca non-CO2. Bagaimana hal tersebut berhubungan dengan sesuatu yang akan dicapai oleh negara lain? Bila Tiongkok mengurangi emisi CO2-nya dari pembakaran batu bara, misalnya, bagaimana kedua negara ini memahami apa yang dikontribusikan oleh masing-masing negara, dan bernegosiasi antar-mereka tentang siapa yang akan melakukan apa dan siapa yang akan membuat kontribusi dalam bentuk apa? Jadi hal tersebut sangat teknis tetapi hal ini adalah sentral dari apa yang sedang mereka lakukan. Kabar baiknya ialah bahwa metrik terpenting yang digunakan kecil sekali dampaknya pada biaya keseluruhan reduksi emisi, tetapi hal tersebut memang memiliki dampak pada siapa yang membayar biayanya–dan di situlah sebenarnya inti permasalahannya.
Tentang pendekatan bentang alam dan emisi penggunaan lahan
Leonard: Dalam pengertian emisi non-CO2, ada pertemuan pakar teknis baru-baru ini di Bonn pada bulan Oktober. Salah satu dari pendekatan kebijakan yang muncul dalam pemahaman potensi mitigasi jangka pendek pra-2020 adalah pendekatan bentang alam yang diidentifikasi secara khusus. Akan menarik untuk mengetahui bagaimana suatu pendekatan bentang alam relevan dengan emisi non-CO2 dan potensi mitigasi.
Verchot: Pendekatan bentang alam sangat penting. Emisi karbon di bentang alam hanya terjadi sehubungan dengan perubahan tata guna lahan, tetapi semuanya sebenarnya gas-gas non-CO2. Jadi bila Anda memupuk tanaman pangan, dinitrogen oksidalah yang dilepaskan. Bila Anda mengelola tanah, dinitrogen oksidalah yang dihasilkan. Bila Anda mengelola kotoran hewan, dinitrogen oksida dan metanaalah yang dihasilkan. Jadi bila Anda ingin mengelola bentang alam ini dan mengambil pendekatan bentang alam padanya, Anda harus berurusan dengan semua gas ini karena sedikitnya separuh dari apa yang dilepaskan bentang alam ini umumnya bukan CO2 dan gas-gas lainnya ini.
Tentang status Dana Iklim Hijau
Verchot: Saya ingin bertanya kepadamu, Steve, sedikit mengenai pendanaan dan Dana Iklim Hijau. Kita memiliki komitmen besar oleh Pemerintah AS sebesar 3 miliar dolar. Kita tahu bahwa targetnya ialah memperoleh 10 miliar dolar di ambang pintu Lima dan kemudian meningkatkannya. Ke mana perginya dana tersebut, dan apakah kita berada di jalurnya untuk mencapai target-target yang ditentukan orang? Apa yang dapat kita harapkan selama beberapa tahun mendatang ketika kita bergerak ke Paris dan lebih jauh lagi?
Leonard: Selama beberapa tahun pertama ada banyak kritikan dan banya orang berkomentar kepada saya bahwa mereka tidak mengharapkan [Dana Iklim Hijau] akan meluncur. Dan badan Dana Iklim Hijau telah bekerja keras secara signifikan untuk menempatkan semuanya pada posisinya agar dapat memiliki kerangka kerja yang sesuai dengan para penyandang dana potensial.
Dalam pengertian manfaat non-karbon, saat ini tidak ada kejelasan dalam Dana Iklim Hijau, bagaimana dana tersebut akan memancing manfaat-manfaat non-karbon dalam konteks REDD+.
Sudah ada beberapa tekad yang dibuat selama beberapa bulan terakhir. Salah satu yang terbaru adalah tekad 3 miliar dolar oleh Amerika Serikat. Jepang juga baru-baru ini telah mengumumkan tekad 1,5 miliar dolar. …Pertanyaannya masih ada tentang kapan dana tersebut akan dikrim [dan] selama berapa periode waktu. Sasaran akhir dari Dana Iklim Hijau adalah untuk mencapai 100 miliar dolar dan memobilisasi 100 miliar dolar dalam pendanaan untuk adaptasi dan mitigasi iklim per tahun pada 2020. Kita tampaknya masih jauh dalam konteks tersebut.
Verchot: Baru-baru ini ada pertemuan di Barbados yang memberi beberapa hasil menarik untuk pendanaan REDD+. Dapatkah Anda menceritakan sedikit tentang hal tersebut?
Leonard: [Itu] merupakan pertemuan pertama yang diselenggarakan oleh Dana Iklim Hijau setelah menerapkan apa yang diacunya sebagai ‘delapan pilar’ dalam posisi untuk memobilisasi dana. Dan itu juga merupakan pertemuan pertama setelah beberapa tekad masuk. Jadi badan ini memiliki gagasan yang jauh lebih baik mengenai apa yang sedang dicari beberapa negara dalam arti dana itu sendiri. Salah satu hasil yang menarik dari Barbados adalah keputusan terkait REDD+ dan kerangka kerja pembayaran berbasis hasil. Dan dengan demikian Dana Iklim Hijau, dari semua bidang jenis mitigasi dan adaptasi, REDD+ tampaknya yang akan dipilih untuk pengembangan lebih jauh. Sekarang, ada beberapa diskusi terkait apakah perlu atau tidak adanya suatu jendela REDD+ yang khusus, dan mungkin sambil berkembangnya berbagai hal dalam Dana Iklim Hijau mungkin ada lebih banyak pengertian mengenai apa yang menjadi kebutuhan khusus untuk REDD+. Di mana Dana Iklim Hijau memang perlu untuk melakukan pekerjaan lebih jauh ialah di sekitar penyejajaran dengan safeguards REDD+ Cancun dan safeguards Dana Iklim Hijau, yang tidak konsisten satu dengan lainnya. Jadi memang ada keperluan akan suatu tingkat keselarasan antar kedua pendekatan yang berbeda tersebut. Dan juga, dalam pengertian manfaat non-karbon, saat ini tidak ada kejelasan dalam Dana Iklim Hijau tentang bagaimana dana tersebut akan memancing manfaat-manfaat non-karbon dalam konteks REDD+. Dan dengan demikian hal itu kemudian membawa kita ke arah diskusi tentang keterkaitan mitigasi-adaptasi dengan manfaat non-karbon.
Untuk informasi lebih jauh mengenai berbagai topik dari diskusi ini, silahkan hubungi Steve Leonard di s.leonard@cgiar.org.
Penelitian CIFOR tentang hutan dan perubahan iklim merupakan bagian dari Program Penelitian CGIAR tentang Hutan, Pohon dan Agroforestri.
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org
Bacaan lebih lanjut
Time for urgent action on social safeguards for REDD+, researchers say
REDD+ safeguards in national policy discourse and policy projects
Social safeguards and co-benefits in REDD+: A review of the adjacent possible
Analysing REDD+: Challenges and choices
Safeguards research gauges local participation, views of early-stage REDD+ initiatives
‘Honeymoon’ over, REDD+ struggles with politics and power
Unlikely partner could boost ‘best deal’ for protecting forests, slowing climate change