Wawancara

Sinergi Strategi Industrialisasi Berbasis Bentang Alam di Pulau Sumbawa

Bincang singkat bersama Gubernur Nusa Tenggara Barat, Zulkieflimansyah tentang pentingnya kesinambungan strategi pembangunan berkelanjutan berbasis sistem terintegrasi di Pulau Sumbawa
Bagikan
0

Bacaan terkait

Penelitian Kanoppi mendukung pengelolaan sumber daya alam dan hutan terintegrasi berbasis bentang alam di Kabupaten Sumbawa dan telah berproses untuk mendorong kemandirian kelembagaan ekonomi masyarakat, melalui pengembangan ekowisata berbasis masyarakat, pengembangan sentra madu trigona, dan penguatan kelembagaan tingkat masyarakat dan desa. Beberapa produk olahan hasil hutan seperti madu hutan, budi daya madu trigona dan pemanfaatan dan pengembangan kerajinan dari rumput ketak telah dihasilkan oleh kelompok masyarakat.

Peneliti Kanoppi-CIFOR Ani Adiwinata melakukan wawancara dengan Gubernur Nusa Tenggara Barat, Dr. H. Zulkieflimansyah, SE., M.Sc. membahas potensi dan pengelolaan sumber daya alam serta hasil hutan di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.

T: Bagaimana pemanfaatan budi daya madu trigona dan pemanfaatan rumput ketak yang direkomendasikan oleh Kanoppi bisa secara optimal mendukung Strategi Industrialisasi Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat di Pulau Sumbawa?

J: Industrialisasi ini sebenarnya satu kemestian yang harus dilakukan oleh siapa saja, yang diamanahkan, jadi pemimpin sebenarnya baik di tingkat nasional maupun di tingkat daerah.

Industrialisasi itu tidak harus identik dengan pabrik-pabrik besar, tapi ada kesadaran dan keseriusan untuk meningkatkan nilai tambah dari komoditas kita.

Selama ini kita tidak mampu mencicipi kesejahteraan, kemakmuran karena terlena dengan mengirimkan produk-produk mentah, kemudian kembali dengan produk setengah jadi bahkan barang jadi yang nilainya lebih mahal.

Sudah saatnya karena perjalanan panjang itu selalu harus dimulai dengan langkah pertama. Industrialisasi itu harus mulai dibincangkan, baik di sektor pengelolaan, maupun sektor yang lain yang tradisional termasuk di dalamnya kehutanan, pertanian, dan perikanan.

Tapi industrialisasi ini bukan proses sederhana semudah kita membalik telapak tangan, industrialisasi mensyaratkan hadirnya ilmu pengetahuan, sains, dan teknologi.

Oleh karena itu apa yang Mbak Ani sampaikan tentang madu trigona, pengolahan kayu rumpun dan lain sebagainya itu tidak mungkin tanpa ada sains, teknologi, dan ilmu pengetahuan.

Di Sumbawa, di Nusa Tenggara Barat umumnya kita sudah memberikan atau mengaksentuasikan upgrading human capacity, peningkatan kapasitas masyarakatnya.

Kita kirimkan anak-anak terbaik untuk belajar ilmu-imu yang relevan dengan madu trigona, tentang peningkatan nilai tambah di sektor kehutanan, juga menghadirkan kampus-kampus yang orientasinya pada sektor yang mbak sebutkan tadi.

Kita buka jurusan seperti bioteknologi, teknologi hasil pertanian, dan lain sebagainya. Nah mudah-mudahan dengan hadirnya orang yang mampu melihat peluang di balik melimpahnya sebenarnya sumber daya alam yang disediakan oleh Allah SWT, nanti akan hadir madu trigona, kemudian rumput yang disebutkan tadi juga sektor-sektor lain, hasil-hasil hutan kita.

Sekarang itu orang cenderung hutan itu tidak dimaksimalkan, seakan-akan tidak boleh ditebang, tidak boleh dimaksimalkan, saya kira dengan ilmu pengetahuan, hutan bisa ditebang, bisa dimaksimalkan tapi kelestariannya, kesinambungannya bisa terus dijaga.

T: Bagaimana memastikan terbangunnya konektivitas, antara pemerintah kabupaten atau kota, untuk mendukung strategi pembangunan berkelanjutan berbasis sistem terintegrasi antara bentang lahan (landscape) dan bentang laut (seascape) di Pulau Sumbawa?

J: Di Pulau Sumbawa ini kan ada lima ya, ada empat kabupaten, satu kota, Kota Bima, Kabupaten Dompu, Kabupaten Sumbawa, dan Kabupaten Sumbara Barat.

Ini menarik kalau kita bicara tentang kesinambungan, karena di sini ada pertambangan juga, tambang hasilnya juga melimpah, dan punya kontribusi sangat besar terhadap ekonomi nasional, bahkan untuk ekonomi Nusa Tenggara Barat sangat tergantung pada pertambangan dan itu tempatnya di Pulau Sumbawa.

Oleh karena itu, menghadirkan lima pimpinan daerah ini, ini bukan pekerjaan sederhana. Nah kadang-kadang hanya karena masalah koordinasi, komunikasi yang kurang banyak hal besar tidak bisa kita kerjakan.

Saya melihat Geopark Tambora itu adalah kunci yang menjadi katalisator, sehingga semua kepala daerah ini bisa dihadirkan dalam isu besar Geopark Tambora sehingga melibatkan isu-isu yang lain, kehutanan, pertanian, peternakan, kelautan, dan banyak lagi.

Oleh karena itu menurut saya geopark itu jadi seperti situational building yang mampu menjadi katalis dari semua permasalahan ini sehingga semua bupati, pimpinan daerah itu bisa duduk bersama untuk isu yang lebih besar.

Saya kira kalau Geopark Tambora ini jalan maka persoalan koordinasi, sinergi antar pimpinan daerah ini bisa dimaksimalkan.

Kanoppi merupakan kegiatan penelitian aksi partisipatif untuk “Mengembangkan dan mempromosikan agroforestri berbasis pasar dan pengelolaan lanskap terintegrasi untuk mendorong pengembangan usaha kehutanan skala kecil berbasis masyarakat di Indonesia”. Didukung Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR) dan melibatkan Center for International Forestry Research (CIFOR) berkerjasama dengan World Agroforestry (ICRAF) dan mitra terkait. 

Di Provinsi Nusa Tenggara Barat, penelitian difokuskan di Kabupaten Sumbawa, khususnya di Desa Batudulang dan Desa Pelat. Penelitian ini bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Nusa Tenggara Barat, Balai Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (BKPHP) Batulanteh, Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sumbawa, WWF (World wide fund for nature) Indonesia, Universitas Mataram, dan Badan Penelitian, Pengembangan dan Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu (Litbang HHBK), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Informasi lebih lanjut tentang topik ini hubungi Ani Adiwinata di a.nawir@cgiar.org.
Kebijakan Hak Cipta:
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org