DURBAN, Afrika Selatan (12 Desember, 2011)_Menteri lingkungan hidup dan pembangunan internasional Norwegia mengatakan, sejauh ini REDD+ adalah sukses terbesar dalam negosiasi perubahan iklim global, namun ia juga menghimbau supaya negara-negara berusaha “lebih berani” memangkas emisi dan memperlambat pemanasan global.
“Pembelajaran utama yaitu….(pengurangan deforestasi) secara realistis hanya berhasil bila pemerintah negara-negara berkembang yang mendorongnya, dan pembayaran harus berbasis hasil,” demikian dikatakan oleh Erik Solheim di sela-sela acara perundingan tingkat tinggi iklim PBB di Durban, Afrika Selatan. “Pemerintah adalah pendorong utama. Sektor swasta harus dilibatkan, tetapi tanpa peran pemerintah, tak ada sesuatupun yang dapat terwujud.”
Norwegia telah mengalokasikan pendanaan bilateral dan multilateral sejumlah US$2,8 miliar untuk REDD+ (pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan), menurut laporan Overseas Development Institute (ODI) dan Heinrich Boll Stiftung yang diterbitkan pada bulan November 2011. Kontribusi Norwegia disalurkan melalui dana multilateral seperti Forest Carbon Partnership Facility (CPF) dan juga dalam kerja sama bilateral, terutama dengan Brasil, Indonesia dan Guyana.
Solheim, satu-satunya menteri yang memiliki portfolio yang menggabungkan lingkungan dan pembangunan internasional, menyerukan kepada negara-negara maju untuk “lebih mampu untuk mengambil resiko dan lebih berani” dalam merancang strategi pembangunan. Ia percaya bahwa cara baru untuk memberikan bantuan luar negeri adalah memberikan setir kepada pemerintah negara-negara berkembang dan memberikan kompensasi berbasis hasil, tanpa melakukan banyak intervensi terhadap penggunaan dana tersebut.
Pendekatan baru ini menuai banyak kritikan. Guyana, misalnya, berencana menggunakan sebagian dana iklim dari Norwegia untuk membangun bendungan hidroelektrik 165 megawatt, yang diperkirakan akan merendam 4.500 hektar hutan, sehingga menimbulkan banyak protes. Menanggapi hal ini, Solheim berpendapat bahwa bendungan tersebut akan memungkinkan negara Amerika Latin tersebut menghapus penggunaan generator bahan bakar minyak, sehingga pada akhirnya mengurangi emisi secara netto. Selama masih dalam parameter yang wajar, “pemerintah Guyana yang berhak untuk memutuskan penggunaan dana tersebut,” katanya lebih lanjut.
“Lepas tangan bisa berarti baik atau buruk,” pendapat dari Smitha Nakhooda, peneliti rekanan ODI dan penulis pendamping ringkasan kebijakan REDD+ Finance Delivery: Lessons from Early Experience. Campur tangan yang minimum, dikombinasikan dengan investasi dalam mengembangkan kerangka kerja lembaga nasional, dapat mendukung munculnya agenda nasional yang kuat, yang kemungkinan besar akan memberikan manfaat sosial dan lingkungan, ujarnya. “Ini akan terjadi di beberapa negara dan belum tentu di negara-negara lain.”
Norwegia telah memimpin dukungan perlindungan hutan bagi negara-negara berkembang sejak tahun 2007, dengan memberikan komitmen dana mencapai NOK 3 miliar (US$500 juta) per tahun untuk skema REDD+. Contoh komitmen finansial dari Norwegia “penting bagi negara-negara pemilik hutan untuk memobilisasi dan mempertahankan kemauan politik dan kapasitas negara supaya kegiatan-kegiatan REDD+ dapat berada di atas prioritas nasional lainnya,” menurut ringkasan kebijakan ODI tersebut. Laporan ini juga merekomendasikan negara-negara maju untuk “berkomitmen menyediakan dukungan finansial yang signifikan dan berkelanjutan kepada negara-negara pemilik hutan yang telah bergerak cepat.”
– Dengan liputan tambahan oleh Michelle Kovacevic
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org
Bacaan lebih lanjut
- What does REDD+ really cost?
- WED 2011 Spotlights Enormous Economic and Human Benefits from Boosting Funding for Forests
- An overview of forest and land allocation policies in Indonesia: Is the current framework sufficient to meet the needs of REDD+?
- Forest tenure reform in the age of climate change: Lessons for REDD+
- Moving ahead with REDD
- Simply REDD: CIFOR’s guide to forests, climate change and REDD
- REDD, forest governance and rural livelihoods: The emerging agenda
- Getting REDD to work locally: Lessons learned from integrated conservation and development projects