Pembuatan peta 101
Pembuatan peta skala besar merupakan proses besar. Bentang alam di pra-stratifikasi, dipecah dalam blok-blok geomorfologi, yang menentukan fitur fisik bumi, iklim, jenis tanah, kawasan tangkapan air, dan kelas ketingian. Data ini kemudian di interpretasikan menggunakan kombinasi klasifikasi terpantau—proses perangkat lunak citra dipandu oleh pengguna untuk menspesifikasi tutupan lahan berdasarkan kepentingan – serta digitisasi manual, yang mengharuskan periksa silang secara ekstensif. Pembuat peta menilai informasi dari survei lapangan, memeriksa setiap jenis vegetasi, struktur tanaman, distribusinya, dan tahap suksesi bentang alam – atau bagaimana vegetasi melakukan regenerasi alami sepanjang waktunya.
Beragam informasi tersebut diberikan kode warna menggunakan simbol-simbol berdasarkan prinsip kartografi. Satu warna merepresentasikan satu jenis vegetasi dan suksesinya. Misalnya, warna hijau untuk hutan dataran rendah, dan tingkat degradasi pertamanya; penebangan ditandai dengan warna hijau dicampur garis putih horisontal, menandai menipisnya jenis hutan alami.
Peta vegetasi CIFOR menyediakan informasi yang sangat berharga bagi implementasi Kebijakan Satu Peta
Mendukung Kebijakan Satu Peta
Pemetaan ekologi skala lebih kecil di Indonesia dilakukan pada 1980-an, dan peta dengan skala lebih besar mulai dilakukan pada 2000-an. Pada 2013, regulasi baru pemerintah mengarahkan kabupaten untuk mengembangkan peta operasional pada skala lebih besar, yaitu 1:50.000, dalam rangka mendorong tingkat manajemen lahan.
Dalam upaya menyelesaikan sengketa lahan, mengakui hak Adat dan upaya konservasi yang lebih baik, Presiden Indonesia saat ini, Joko Widodo mengambil langkah maju dengan mengumumkan Kebijakan Satu Peta pada 2016.
Selain meregulasi standarisasi peta, kebijakan ini mencakup rencana besar sentralisasi basis data informasi geospasial dan portal daring, untuk membantu pemerintah melakukan perencanaan dan pengambilan keputusan yang lebih baik.
Peta vegetasi sangat penting bagi apapun keputusan pemanfaatan lahan, karena mengungkap kesehatan lingkungan dan potensi penghidupan. Pertumbuhan dan kondisi pohon dan tanaman, menunjukkan seberapa subur lahan dan ketersediaan air tanah. Contohnya, bentang alam yang kaya dengan keberagaman vegetasi berarti tersedianya jasa ekosistem – dari air bersih hingga beragam pangan, mulai dari ikan dan buah-buahan yang tersedia gratis bagi masyarakat dan satwa.
Peta ini memiliki skala operasional yang cukup detail untuk digunakan dalam manajemen lahan
“Peta vegetasi CIVOR memberi informasi sangat berharga bagi Kebijakan Satu Peta dan dapat dipertimbangkan memanfaatkan peta ini dengan tema baru dalam basis data nasional,” kata Nurwadjedi, Wakil Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG), yang mengawasi upaya standarisasi peta di Indonesia.
Laumonier percaya, peta vegetasi Kalimantan Barat dapat memberi manfaat bagi sektor publik dan swasta. Mereka dapat memanfaatkannya untuk menentukan alokasi lahan, mengelola keseluruhan ekosistem, dan mengenali jenis hutan secara spesifik serta kawasan untuk konservasi, karena peta ini merinci hutan tebangan maupun hutan alami.
Terlebih, peta ini juga dapat mengidentifikasi beragam kedalaman gambut melalui identifikasi empat jenis rawa berbeda. “Peta ini memiliki skala operasional yang cukup detail untuk dimanfaatkan dalam manajemen lahan,” kata Laumonier. Signifikansi globalnya juga ada. Menurut PBB, perlindungan dan restorasi lahan gambut menjadi penting ‘menuju transisi masyarakat rendah karbon dan ekonomi sirkular.
Kami ingin peta ini bisa diakses semua orang
Melangkah maju dengan pengambilan keputusan lokal
CIFOR bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk membandingkan dan menyelesaikan perbedaan klasifikasi, sumber daya dan peta dasar. Di Kalimanta Barat, pemerintah provinsi sudah mencoba memanfaatkan peta dalam perencanaan masa depan untuk membantu menjaga dan merestorasi bentang alam alaminya.
“Peta vegetasi rinci dapat sangat bermanfaat dalam membantu pemerintah provinsi kami mengkaji praktik pemanfaatan lahan dan memandu persiapan penyusunan rencana pembanguan jangka menengan serta unit manajemen hutan,” kata Yuslinda, pejabat senior Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda).
“Kami ingin peta bisa diakses semua orang,” tambah ekologis utama CIFOR, Yves Laumonier. Untuk mewujudkan hal ini, tim menggunakan citra Landstat gratis, bukan peta beresolusi lebih tinggi namun menghabiskan biaya.
Meski petanya ekstensif, bagi Laumonier, karya ini selalu dapat disempurnakan, “berita baiknya, kini kita dapat mulai menggunakan data satelit gratis dengan resolusi lebih baik, seperti Sentinel 2,” tambahnya.
Pete vegetasi Kalimantan Barat dapat diakses langsung langsung via daring bulan depan. Jika ada komentar atau pertanyaan, silahkan tulis dalam kotak komentar di bawah ini.
Riset ini didukung oleh Penelitian ini didukung oleh UE dan USAID
Kebijakan Hak Cipta:Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons
Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi
forestsnews@cifor-icraf.org