JAKARTA, Indonesia (28 April, 2011)_Yang kami muliakan Helen Clark, Administrator UNDP
Yang kami hormati para Menteri Negara,
Tamu-tamu yang terhormat,
Para hadirin sekalian,
Perkenankanlah saya memulai dengan mengucapkan selamat datang di Jakarta bagi hadirin sekalian. Merupakan sebuah kehormatan bagi kami untuk menjadi tuan rumah bagi konferensi penting ini.
Anda telah datang ke lokasi yang paling tepat untuk mengadakan konferensi global tentang ekonomi hijau. Saat ini kami tengah mengadakan kampanye besar-besaran untuk menanam 1 milyar – benar, 1 milyar! – pohon secara nasional. Jika anda berkeinginan untuk menanam pohon atas nama probadi, silakan memberi tahu kami.
Indonesia juga menjadi titik penting untuk diplomasi iklim. Peristiwa tersebut berlangsung di Bali empat tahun yang lalu, di mana para negosiator terlibat dalam perundingan yang dramatis selama Konferensi Para Pihak (COP) 13, yang Alhamdulillah telah menghasilkan Bali Road Map yang historikal.
Kita telah mengalami perjalanan panjang dalam negosiasi iklim, kendatipun berbagai usaha telah dilaksanakan oleh masyarakat internasional, sebuah perjanjian iklim global masih menjadi hal yang sulit untuk disepakati. Karena alasan itulah pertemuan ini sangat penting untuk menunjukkan bahwa isu iklim masih sangat berkembang. Di tengah kuatnya berbagai tantangan dan permasalahan ekonomi di Timur Tengah, kami terus berusaha keras untuk menemukan solusi bersama bagi permasalahan global ini.
Tema konferensi Anda tahun ini adalah: “Leading by Nature: Delivering Transformative Solutions for Our Planet” (Dengan Panduan Alam – Menghantarkan Solusi Transformatif untuk Bumi Kita) – sebuah tema yang sangat cerdas – dan tepat sasaran.
Sekarang saatnya bagi kita untuk berpikir lebih jauh. Sekarang saatnya bagi kita untuk memikirkan sebuah cara baru yang imaginatif untuk menyelesaikan berbagai tantangan monumental yang kita hadapi sekarang maupun di masa yang akan datang
Awalnya adalah, walaupun globalisasi telah menjanjikan banyak hal pada dunia, kita sebenarnya sedang menghadapi dunia yang terus mengalami peningkatan kelangkaan.
Diperkirakan bahwa pada tahun 2050, populasi dunia akan mencapai 9 milyar. Umat manusia akan membutuhkan begitu banyak air bersih, makanan, energi, air dan berbagai sumber daya lain. Namun demikian, menurut beberapa perkiraan, pada tahun 2050, sumber daya energi kita akan turun sebanyak 40% dan persediaan pangan akan menurun sebanyak 60%. Saat ini, kita masih terus bergantung pada minyak, sementara sumber-sumber energi bahan bakar nonfosil masih sulit untuk bersaing. Semakin banyak jumlah daerah yang terbebani dengan kondisi airnya. Emisi gas rumah kaca juga terus meningkat menuju titik ujung yang membahayakan tanpa mau menunggu adanya solusi diplomatis.
Meningkatnya kelangkaan ini berpotensi menimbulkan masyarakat yang tertekan. Menurut World Food Programme, saat ini terdapat sebanyak 925 juta orang yang kurang gizi di dunia. Artinya, satu dari tujuh orang tidak mendapatkan nutrisi yang cukup untuk tetap sehat dan menjalani hidup yang produktif.
Sementara itu, bumi kita juga terus mengalami bencana. Sebuah laporan dari UN Office for the Coordination of Humanitarian Affairs /OCHA mengindikasikan bahwa bencana yang bersumber dari iklim terus meningkat, sekitar 70% bencana yang terjadi saat ini adalah terkait dengan iklim – meningkat sekitar 50% dari dua dekade yang lalu.
Solusi transformatifnya adalah: kita membutuhkan banyak hal. Kita membutuhkan sejumlah solusi yang akan mengubah cara kita hidup, berproduksi, mengonsumsi, bekerja, bepergian dan bermain. Kita membutuhkan solusi yang akan menempatkan ketahanan lingkungan dan iklim sebagai bagian yang paling penting bagi setiap pemerintahan dan kebijakan perusahaan. Kita membutuhkan sejumlah solusi yang akan menempatkan pertumbuhan ekonomi dan teknologi bukan sebagai musuh melainkan sebagai SEKUTU bagi stabilitas iklim kita. Dan kita juga membutuhkan solusi bagi berbagai kebutuhan praktis untuk memperlambat, menghentikan dan membalikkan proses perubahan iklim.
Oleh karena itu, solusi transformasi merupakan suatu keharusan. Saya yakin bahwa kita TIDAK kekurangan berbagai solusi kreatif; namun, masih ada beberapa negara yang niat politiknya masih kurang.
Pastinya, pemerintah sendiri belum memiliki solusi. Untuk menjamin masa depan iklim, kita memerlukan SKEMA BESAR yang akan mengintegrasikan sebuah kombinasi dari kebijakan Pemerintah, kerja sama internasional, insentif pasar, inovasi teknologi, partisipasi masyarakat sipil, dan partisipasi perusahaan.
Di sinilah, Anda sebagai kapten industri dapat memberikan kontribusi besar. Anda tidak perlu menunggu negosiasi multilateral untuk menghasilkan sebuah kesepakatan iklim global yang baru: anda dapat bertindak sekarang untuk menciptakan perubahan.
Saya sangat senang mengetahui bahwa hari ini terdapat sejumlah pemimpin dari berbagai sektor:
• Kita memiliki para pemimpin bisnis ynag menyediakan teknologi dengan menggunakan alternatif bahan bakar fosil;
• Kita memiliki para pemimpin sektor teknik dan desain yang memiliki solusi bagi teknologi dan desain gedung hijau;
• Kita memiliki para pemimpin yang menyediakan berbagai solusi inovatif dan kreatif untuk mendukung energi yang dapat diperbarui;
• dan kita memiliki para pemimpin dalam industri kehutanan, pertanian dan pangan yang dapat berbagi praktik terbaik untuk pengelolaan pertanian dan kehutanan yang berkelanjutan.
Sektor swasta dan publik harus bekerja sama bersama-sama lebih lanjut, dan melampaui kondisi bisnis yang biasa dilakukan. Dengan memanfaatkan sumber daya secara bersama-sama, maka kita akan dapat memunculkan ‘sejumlah solusi transformatif untuk menyelamatkan bumi kita’.
Dalam solusi transformatif manapun, pertanyaan utama selalu terkait masalah pendanaan. Jawabannya tidak mudah, khususnya saat kita mengantisipasi masa-masa sulit ekonomi global jangka pendek.
Pada UNFCCC COP 16 di Meksiko, kami telah menetapkan gagasan inovatif untuk membentuk Green Climate Fund untuk memastikan terwujudnya pendanaan yang meningkatkan sejumlah aksi atas perubahan iklim di negara-negara berkembang. Kami sepenuhnya mendukung inisiatif ini dan akan secara aktif terlibat dalam proses untuk mendapatkan dana tersebut di Durban pada akhir tahun ini.
Pertanyaan pentingnya adalah apakah dunia yang maju dan berkembang ini dapat terus bergerak dan menghasilkan berbagai solusi transformatif ini.
Setiap tahunnya, dalam menghadapi situasi ekonomi dan diplomatik yang terus berubah, kita terus-menerus memodifikasi tujuan ambisius untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Kita tetap berkomitmen pada prinsip “sama namun dengan tanggung jawab dan kapasitas masing-masing yang berbeda”. Saya juga percaya bahwa negara maju harus memelopori dan negara berkembang harus berbuat lebih banyak lagi. Menemukan keseimbangan dan pembagian tugas yang tepat antara negara maju dan berkembang bukanlah hal yang mudah, namun tanpa adanya hal tersebut, tidak akan terwujud stabilitas iklim bagi bumi kita. Kita harus menjunjung dasar pemikiran yang baru bahwa, pada akhirnya, kepentingan nasional dan global kita saling berkaitan erat.
Kami di Indonesia telah menyadari hal ini sejak lama. Kami paham bahwa kami harus menyeimbangkan pertumbuhan yang lebih tinggi dan sekaligus mengambil bagian penting dalam solusi iklim. Oleh karena itu, slogan ekonomi hijau kami adalah: “pro-pertumbuhan, pro-pekerjaan, pro-rakyat miskin, pro-lingkungan” – dan tentu saja pro-bisnis. Walaupun kami menempati peringkat ketiga pertumbuhan ekonomi di G20, kami sangat berhati-hati terhadap kebutuhan untuk “berkembang dengan kesetaraan”, dan untuk pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan. Tentunya ini merupakan suatu hal yang sangat kompleks dan menjadi sebuah tantangan yang utama.
Indonesia tidak pernah ragu untuk mendorong kerja sama iklim. Dengan dukungan dari komunitas bisnis internasional, saya yakin bahwa Indonesia dapat mewujudkan ekonomi hijau untuk mencapai 7% pertumbuhan ekonomi dan 26% penurunan emisi gas rumah kaca dari skenario bisnis yang biasa dilakukan pada tahun 2020.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Indonesia sangat serius mengembangkan skema hutan untuk mengurangi gas rumah kaca yang bersumber dari daratan; seperti dari hutan dan lahan gambut.
Indonesia juga telah menetapkan berbagai inisiatif pendanaan untuk mendukung pembangunan emisi rendah karbon. Kami telah menetapkan the Indonesia Climate Change Trust Fund/ICCTF dan Indonesia Green Investment (IGI) Fund. Kami telah meminta UNDP untuk memfasilitasi sebuah Lembaga Keuangan yang dapat mengelola dana REDD+ sesuai dengan Surat Pernyataan Kehendak (Letter of Intent) antara Pemerintah Norwegia dan Republik Indonesia.
Perkenankan saya untuk menjelaskan lebih lanjut tentang apa yang terjadi terhadap hutan kami. Indonesia merupakan salah satu negara dengan hutan hujan tropis terluas di dunia, yang bersama-sama dengan negara berhutan lainnya, berkeinginan untuk berperan besar dalam mengurangi emisi karbon global.
Pada skala global, Indonesia telah memelopori kerja sama yang luas untuk melestarikan dan mengelola kelestarian hutan melaui Forest Eleven Forum. Forum F-11 ini dibentuk untuk memastikan bahwa negara berhutan dapat secara bersama-sama menjadi bagian dari solusi iklim global seiring dengan pemenuhan kebutuhan pembangunan ekonomi dan sosial mereka. Saya gembira bahwa forum F-11 telah menghasikan beberapa proyek kerja sama yang dapat disempurnakan dengan sejumlah inisiatif pengurangan emisi deforestasi internasional yang lain.
Secara aktif kami juga memajukan kerja sama kehutanan bilateral. Sebagai contoh, Indonesia telah mendorong kemitraan kehutanan yang kreatif dengan Norwegia, Republik Korea, Australia, Jerman, Inggris, Jepang, Amerika dan berbagai negara lain. Sejumlah program ini akan menjadi nilai tambah bagi program lanskap Sumatra yang didanai oleh skema Debt for Nature Swap. Kami mengundang anda sekalian untuk bergabung dengan usaha kami dalam melestarikan dan mengembangkan daerah sumber karbon dan keanekaragaman hayati yang penting ini.
Dalam konteks kebijakan nasional, Indonesia telah mengembangkan sebuah strategi REDD+ yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan mengurangi emisi gas rumah kaca. Tujuan aksi REDD+ akan tercapai melalui pengelolaan lahan gambut dan hutan yang lebih berkelanjutan.
Melaluikerja sama dengan mitra kami, kami akan melindungi hutan hujan tropis Indonesia yang kaya akan karbon dan keanekaragaman hayati. Kemitraan ini bertujuan untuk membantu populasi setempat untuk menjadi lebih sejahtera dan tidak menghambat aspirasi pembangunan mereka.
Lebih lanjut lagi, REDD+ merupakan sebuah contoh dari cara baru untuk mengelola sumber daya alam Indonesia tanpa mengabaikan industri yang merupakan bagian penting dari ekonomi. Semua ini demi kelestarian, keberlanjutan pertumbuhan, peningkatan sumber daya manusia, penjaminan kesetaraan sosial, dan pada saat yang sama mencapai tujuan penurunan emisi kita.
Sejalan dengan inisiatif REDD+, Indonesia bermaksud untuk mengalokasikan pengembangan perkebunan dan berbagai kegiatan ekonomi lain pada lahan yang telah terdegradasi ataupun pada daerah dengan karbon rendah.
Indonesia memiliki lebih dari 30 juta hektar lahan terdegradasi, yang sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Hal ini berarti bahwa tersedia cukup lahan untuk produksi ekonomi, termasuk pengembangan perkebunan kelapa sawit dan kehutanan di masa mendatang. Pengembangan perkebunan kelapa sawit dan hutan tanaman di atas lahan terdegradasi merupakan salah satu aspek yang telah menjadi komitmen pemerintah dan tengah diupayakan.
Dengan gembira saya sampaikan bahwa pemerintah saya akan memberikan akses atas lahan terdegradasi bagi sejumlah industri yang berkomitmen untuk mengembangkan atau berencana untuk berinvestasi pada lahan ini, untuk kesejahteraan masyarakat dan untuk masa depan bumi kita.
Sebagai tambahan, sejumlah kebijakan dan insentif baru juga akan tersedia bagi mereka yang ingin mengubah padang rumput tidak produktif menjadi aset yang menghasilkan dan produktif.
Kebijakan dasar kami adalah memanfaatkan lahan yang telah terdegradasi untuk tujuan produktif dengan mengaplikasikan sejumlah praktik terbaik, dan dengan tidak mengembangkan pemanfaatan lahan untuk pertanian yang tidak terkontrol, yang dapat membahayakan lingkungan kita.
Keberhasilan program ini sangat penting bagi keberhasilan kami dalam mewujudkan ekonomi hijau.
Pencapaian sebuah ekonomi hijau akan menuntut visi, kreativitas, aksi dan dukungan bersama dari masyarakat luas, khususnya komunitas bisnis. Hal ini akan membutuhkan konsumsi dan produksi yang lestari sebagai bagian dan paket sebuah ekonomi hijau.
Anda dapat melangkah maju dan memainkan peran penting dalam mendukung ekonomi hijau. Anda dapat memunculkan model baru yang mampu menciptakan pertumbuhan bisnis dan juga mengurangi akibat lingkungan secara umum.
Baru-baru ini pemerintah Indonesia meluncurkan kerangka kerja koridor ekonomi, yang akan menjadi peta jalan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan. Kerangka kerja tersebut merupakan sebuah rencana untuk pertumbuhan ekonomi berkelanjutan yang akan menggabungkan komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dengan langkah-langkah yang jelas dan dapat dilaksanakan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang kuat dan berlanjut.
Para tamu yang terhormat,
Hadirin sekalian,
Kita semua harus memainkan peran kita untuk mengamankan masa depan iklim kita.
Kita tidak boleh kehilangan semangat pada saat yang penting ini. Kita memerlukan komitmen pada sejumlah pendekatan yang nampaknya sepele dan kecil, seperti pemanfaatan material daur ulang, menanam pohon di halaman rumah dan menggunakan perangkat yang hemat energi.
Jika dilaksanakan dengan terus-menerus, hari demi hari, oleh jutaan konsumen di dunia, maka pendekatan ini akan menciptakan dampak besar bagi usaha untuk mengurangi efek perubahan iklim.
Kita juga perlu mengingat bahwa dalam menindaklanjuti iklim dan lingkungan, tidak berarti salah satu pihak harus kalah. Masyarakat miskin dan lokal juga harus merasakan manfaat dari usaha kita untuk menyelamatkan bumi.
Untuk mencapai hal tersebut, pemerintah tidak dapat melakukannya sendiri. Sejalan dengan langkah maju menuju pembangunan rendah karbon, kami akan memerlukan partisipasi yang lebih besar dari masyarakat sipil maupun para pemimpin bisnis sebagai mitra kami, untuk mewujudkan ekonomi hijau yang seutuhnya.
Oleh karena itu, sekali lagi, perkenankan saya mengundang semua pemimpin industri di sini untuk berkontribusi dalam menciptakan masa depan ekonomi hijau dan rendah karbon.
Sebagai penutup, saya berharap semoga pertemuan ini akan menghasilkan pemikiran produktif dan bermanfaat, yang akan dapat mengarah pada solusi transformatif bagi bumi kita – dan bagi generasi masa depan kita.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikumWarahmatullahiWabarakatuh
Terjemahan dari Bahasa Inggris ini dibuat atas permintaan CIFOR dan tidak dapat dianggap sebagai terjemahan resmi. CIFOR tidak bertanggung jawab jika ada kesalahan pada dokumen ini.
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org