‘Bentang-nutrisi’ satu resep untuk nutrisi lebih baik

Merengkuh manfaat pepohonan dalam bentang alam untuk penghidupan dan nutrisi
, Wednesday, 16 Sep 2020
Ibu Rosalina memasak ikan dengan keluwih di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, Indonesia. Foto oleh: Icaro Cooke Vieira/CIFOR

Sistem pangan global menyempitkan fokus pada tanaman kaya kalori yang miskin nutrisi, mendegradasi ekosistem dan membahayakan kesehatan manusia.

Antara tahun 2000 dan 2010, pertanian komersial dan subsisten berkontribusi pada kehilangan hutan tropis hingga 73 persen, menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO). Statistik seperti itu tampaknya menunjukkan bahwa tujuan global keamanan pangan, konservasi pohon dan hutan tidak kompatibel.

Kebutuhan untuk sebuah pergeseran mendasar sistem pangan dan pertanian global dari fokus pada kuantitas pangan menuju penyediaan diet sehat semakin diakui.

Hutan, sistem wanatani dan bentang alam polikultur – kawasan dengan beragam jenis tanaman – menyediakan beragam pangan bergizi untuk mendukung diet sehat, seraya membuka peluang penghidupan.

Bentang alam berbasis pohon sangat ideal ditempatkan untuk melayani beragam kemanfaatan dan mendukung nutrisi, selain penghidupan masyarakat yang tinggal di dalamnya, tanpa lebih jauh merongrong pohon dan konservasi hutan.

Dalam rangka mendukung tujuan-tujuan tesebut, Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR) dan Pusat Penelitian Wanatani Dunia (ICRAF) membentuk Wahana Kemitraan Transformatif Bentang-nutrisi (TPP) sebagai upaya mengembangkan bentang alam yang terpusat pada nutrisi serta secara simultan dapat mendukung keamanan pangan, penghidupan dan konservasi keragaman hayati.

“Bentang-nutrisi secara sengaja mencari bentuk diet sehat dari keseluruhan perspektif bentang alam,” kata pimpinan kolektif Bentang-nutrisi Amy Ichowitz, Stepha McMullin dan Kai Mausch dalam sebuah pernyataan bersama.

“Di masa lalu, fokus CIFOR terutama pada penelitian hutan ‘rimba’, sementara ICRAF terfokus khususnya pada pepohonan dan bentang alam budi daya. Bentang-nutrisi menyatukan dan lebih jauh mengembangkan pengetahuan bagaimana rimba dan budi daya berjalan beriringan serta lebih terintegrasi dalam menyediakan diet sehat dan berkelanjutan, seraya mendukung penghidupan produsennya.”

Menggabungkan bidang nutrisi, kehutanan, wanatani dan ekonomi, Bentang-nutrisi ingin menyusun rekomendasi bagi “mosaik bentang alam” yang mengkombinasikan tegakan pohon, hutan dan pertanian; rekomendasi yang menyuntikkan keanekaragaman hayati ke dalam kehidupan masyarakat.

Salah satu pendekatan mosaik bentang alam adalah mengajari petani membudidayakan pohon buah asli di ladangnya untuk meningkatkan kesuburan tanah, mengembangkan pasar dan menyokong diet sehat.

Proyek berspektrum luas ini melintasi batas negara dan menargetkan beragam bentang alam di Afrika, Asia dan Amerika Selatan. Beberapa negara telah terlibat yaitu Kenya, Indonesia, Ethiopia, Burkina Faso, Somalia dan Republik Demokratik Kongo (DRC), sementara proyek lebih besar tengah dikembangkan untuk memperluas penelitian penting ini.

Ickowitz, ilmuwan senior CIFOR yang memimpin tim Bentang Alam Berkelanjutan dan Penghidupan; Mausch, ekonom senior ICRAF; dan McMullin, ilmuwan ICRAF, mendiskusikan TPP baru ini.

T: Apa yang baru dalam penelitian Bentang-nutrisi ini?

J: Bentang-nutrisi secara sengaja mencari bentuk diet sehat dari keseluruhan perspektif bentang alam. Di masa lalu, fokus CIFOR terutama pada penelitian hutan “rimba”, sementara fokus ICRAF khusus pada pepohonan dan bentang alam budi daya. Bentang-nutrisi menyatukan dan lebih jauh mengembangkan pengetahuan bagaimana bentang alam liar dan budi daya berjalan beriringan serta lebih terintegrasi dalam menyediakan diet sehat dan berkelanjutan.

Penelitian kami juga memiliki fokus khusus pada pohon asli dan belum dioptimalkan, serta pangan hutan yang seringkali terabaikan meski berperan penting dalam diet masyarakat.

Terlebih lagi, pendekatan holistik alam Bentang-nutrisi pada penelitian nutrisi mengakui bahwa banyak keluarga desa merupakan konsumen dan produsen produk pangan. Banyak diet desa tersusun dari kombinasi pangan kebun, berburu dan membeli. Menimbang interaksi tersebut dapat mendukung penghidupan dengan memfasilitasi jalur bagi individu ke pasar untuk produk kebun dan pencarian.

T: Mengapa penelitian nutrisi menjadi penting (dalam konteks global) saat ini?

J: Penelitian nutrisi jadi lebih penting lagi akibat beban tripel malnutrisi – koeksistensi kelebihan nutrisi, kekurangann nutrisi dan defisiensi mikronutrisi – serta penyakit terkait diet yang muncul di seluruh dunia.

Untuk mengatasi malnutrisi, kita perlu memahami bagaimana fungsi sistem pangan lokal dan global serta menemukan bagaimana memasok pangan bergizi dan berkelanjutan.

Di masa lalu, sistem dibentuk untuk memasok kecukupan kalori, bukan rentang ragam zat gizi. Sistem ini perlu diubah; lebih dari sekadar menyediakan kalori, seharusnya juga memberi kita berbagai produk pangan sehat. Pangan pepohonan dan hutan berperan vital dalam melengkapi keanekaragaman tersebut.

Lebih jauh lagi, meneliti produksi pangan berkelanjutan bisa membantu kita menemukan solusi perubahan iklim. Terdapat kebutuhan untuk menelaah nutrisi dan produksi pangan dalam konteks bentang alam skala besar dalam mengeksplorasi potensi solusi.

T: Apa maksudnya “portofolio nutrisi,” dan mengapa penting dalam penelitian Anda? 

J: Portofolio Pangan Bernutrisi merupakan rekomendasi berkonteks-spesifik bagi produksi dan konsumsi keragaman pangan yang lebih kaya-nutrisi dalam mengatasi kesenjangan panen musiman dan mikronutrisi dalam diet lokal.

Untuk menyusun rekomendasi tersebut, portofolio merekam informasi mengenai keragaman pangan pohon asli dan eksotis, serta tanaman lain seperti buah, sayur, kacang-kacangan – keluarga polong-polongan – dan makanan pokok.

Kami mengembangkan portofolio bersama masarakat, mempertimbangkan dinamikan sosio-ekologis produksi pangan, termasuk ketersediaan pangan musiman, keamanan pangan lokal dan kebiasaan konsumsi pangan. Langkah kami juga mempertimbangkan prioritas masyarakat; misalnya, seberapa banyak produksi pangan dikonsumsi rumah tangga dan seberapa banyak dijual untuk penghasilan.

Portofolio menjadi penting dalam penelitian, karena menjamin pertanian dan keanekaragaman hayati alami menjadi prioritas dalam penelitian kami, karena kami mencoba meningkatkan diet beragam dan bergizi. Portofolio juga menyoroti peluang memproduksi kombinasi pangan sehat bahkan dalam pertanian kecil dan kondisi lingkungan yang menantang.

T: Di mana terutama Anda melakukan penelitian Bentang-nutrisi?

J: Kami bekerja di wilayah berbeda di Indonesia – terutama di komunitas Adat – di Afrika dan di sebagian Asia Selatan. Beberapa negara yang terlibat, termasuk Kamerun, Republik Demokratik Kongo (DRC), Zambia, Kenya, Ethiopia, Burkina Faso dan Uganda, jadi penelitian kami meliputi negara tropis lembap dan kering. Cakupan penelitian ini global, dan beberapa proposal Bentang-nutrisi akan mengembangkan cakupan geografis lebih luas lagi.

T: Bagaimana perbedaan bentang alam mengubah cara Anda meneliti nutrisi (misalnya pada hutan tropis versus lahan rumput Afrika)?

J: Cara kami melakukan penelitian tidak banyak berubah, namun sumber daya, dan rekomendasi kami, berubah dari satu tempat ke tempat lain. Metodologi kami diadaptasi untuk melihat jenis pangan yang umumnya dikonsumsi dan jenis pangan yang menghilang dari diet di kawasan tertentu. Mungkin satu perbedaan penelitian kami berbeda terkait bentang alam, adalah pada negara tropis lembap tempat kami meneliti, berburu bukan tindakan kriminal sebagaimana di kawasan lebih kering. Jadi, di negara tropis, kita bisa meneliti langsung isu perburuan, daging satwa liar dan keberlanjutan. Di negara yang melarang perburuan, lebih sulit meneliti bagaimana daging satwa liar berkontribusi pada diet, karena masyarakat enggan berbagi informasi mengenai topik sensitif ini. Kami masih dapat meneliti daging satwa liar, namun kami tahu bahwa kami tidak secara penuh mencatat aktivitas penting ini di bentang alam kering.

T: Adakah cerita dari penelitian yang mengangkat pentingnya menelaah interaksi antara nutrisi, bentang alam dan penghidupan?

J: Ya. Waktu meneliti bagaimana perkebunan kelapa sawit mempengaruhi diet lokal di komunitas adat di Indonesia, kami mencatat fenomena yang terjadi di seluruh dunia dalam beberapa dekade terakhir – sebuah “transisi nutrisi” dari basis pangan tanaman kaya serat pada diet karbohidrat dan kaya energi pada pangan olahan, produk daging dan gula. Di Kabupaten Kapuas Hulu di provinsi Kalimantan Barat Indonesia, misalnya, kita dapat melihat beberapa perubahan terjadi secara nyata. Kita lihat masyarakat yang bertani di pinggir hutan mencari makanan dari hutan dan mengonsumsi buah kaya serat, sayuran dan ikan dibanding tetanggnya yang lebih banyak mengonsumsi pangan bergula, produk peternakan komersial dan telur.

Menarik untuk melihat bagaimana perubahan penghidupan dan penghasilan di komunitas pertanian mengubah apa yang dikonsumsi masyarakat. Dalam banyak hal, transisi nutrisi menjadi cermin dari apa yang kita lihat di belahan utara; yaitu, masyarakat dengan penghasilan lebih tinggi tidak selalu membuat pilihan diet lebih baik, dan cenderung mengakses pangan olahan.

Banyak lagi cerita, namun secara umum, setiap bentang alam dan masyarakat tempat kami meneliti berbeda-beda. Di setiap tempat, kita perlu memahami bentang alam lokal dan cara hidup. Kita perlu terlibat dengan masyarakat tersebut untuk menyusun rekomendasi yang mempertimbangkan faktor sosiokultur yang dapat menentukan peningkatan kesejahteraan secara keseluruhan.

T: Seperti apa keberhasilan terlihat dalam Bentang-nutrisi?  

J: Dalam jangka pendek, penelitian CIFOR-ICRAF menarik lebih banyak mitra nasional dan internasional yang memiliki visi membangun sistem pangan bernutrisi yang lebih resilien dan responsif. Lebih luas lagi, rekomendasi kami akan bisa membantu menggerakkan masyarakat menuju diet lebih sehat, meningkatkan penghidupan, dan bentang alam berkelanjutan yang mendukung mitigasi perubahan iklim. Bentang alam dan kota teredekat akan bertransformasi membangun tutupan pohon dan keanekaragaman hayati lebih luas.

Melalui Bentang-nutrisi – kita akan mampu menyodorkan bukti kuat mengenai kontribusi hutan dalam meningkatkan diet, penghidupan dan keanekaragaman hayati. Kita juga akan mendapat pemahaman lebih mengenai kompleksitas interaksi antara penghidupan desa dan sistem pangan lokal. Bukti seperti itu mendukung pengambilan keputusan di tingkat proyek, program dan kebijakan.

For more information on this topic, please contact Amy Ickowitz at a.ickowitz@cgiar.org.
Copyright policy:
We want you to share Forests News content, which is licensed under Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). This means you are free to redistribute our material for non-commercial purposes. All we ask is that you give Forests News appropriate credit and link to the original Forests News content, indicate if changes were made, and distribute your contributions under the same Creative Commons license. You must notify Forests News if you repost, reprint or reuse our materials by contacting forestsnews@cifor-icraf.org.