
KABAR HUTAN
/ 7 Apr 2025
Dapur Kecil dari Alam: Bagaimana Jamur Mengubah Kehidupan di Hutan Miombo, Zambia
Mereka selalu mengumpulkan jamur untuk dikonsumsi—sekarang, para penduduk desa belajar bagaimana kekayaan hutan ini dapat mengubah hidup mereka.
Terletak di jantung Provinsi Muchinga, Zambia, hutan Miombo mendadak ‘hidup’ di musim hujan. Di bawah kanopinya yang menjulang tinggi, dan kaya akan keanekaragaman hayati, tersimpan harta karun tersembunyi—jamur liar—yang diam-diam mengubah kehidupan.
Januari tahun ini, Center for International Forestry Research dan World Agroforestry (CIFOR-ICRAF) memulai misi untuk mendokumentasikan sumber daya luar biasa ini sebagai bagian dari proyek Zambia for Agroforestry, Biodiversity, and Climate (Z4ABC). Bekerja sama dengan fotografer alam Catherine Marciniak dan Steve Axford dari PlanetFungi, tim berupaya menangkap keajaiban dan potensi jamur di hutan Miombo.
Film dokumenter yang akan segera tayang, “Dapur Alam: Jamur di Hutan Miombo Zambia,” mengeksplorasi bagaimana rantai nilai berkelanjutan membangun ketahanan sekaligus membuka peluang baru bagi masyarakat lokal. Didanai bersama-sama oleh inisiatif DeSIRA Uni Eropa dan mitra-mitra dari Finlandia, proyek Z4ABC menghubungkan keanekaragaman hayati, ketahanan pangan, dan pemberdayaan ekonomi—dari lantai hutan hingga pasar internasional.
Menjelajahi Jantung Hutan Miombo
Perjalanan kami dimulai pada Sabtu pagi. Sebuah konvoi yang terdiri dari penggemar jamur, ilmuwan, fotografer, dan ahli komunikasi memulai perjalanan 12 jam menuju Chiundaponde, sebuah desa terpencil di pedalaman Provinsi Muchinga. Tim membawa kamera, peralatan ilmiah, perlengkapan, dan bahan-bahan untuk ekspedisi selama 10 hari. Kami tiba larut malam dan disambut oleh pepohonan menjulang dan kanopi lebat hutan Miombo.
Keesokan paginya, kami menjelajahi hutan di belakang gubuk kayu tempat tinggal kami. Saat matahari menembus kanopi yang lebat, kami bisa melihat kemunculan menakjubkan berbagai jenis jamur. Tim dipimpim oleh ahli mikologi Peter Mortimer dalam mendokumentasikan semuanya, dari chanterelle yang lembut hingga jamur rayap raksasa. Lantai hutan berkilauan dengan nuansa cokelat, oranye, kuning, dan emas—yang berasal dari hamparan spesies Termitomyces (jamur rayap), Chanterelle (jamur jengger ayam mas), dan Amanita (jamur kikik lalat).

Harapan bagi Komunitas
Selama berabad-abad, jamur telah menjadi makanan pokok musiman yang penting di Zambia. Hali ini karena jamur menyediakan nutrisi penting bagi penduduk setempat saat musim kemarau dan saat ketidakpastian iklim yang berubah-rubah. Namun, potensinya sebagai komoditas yang memiliki nilai jual masih belum dimanfaatkan secara maksimal—hingga saat ini.

“Jamur mulai menarik minat baik di tingkat lokal dan global, bukan hanya sebagai makanan tetapi juga karena khasiat dalam penyembuhan penyakit,” jelas Chilala Ndeke, koordinator lanskap Z4ABC. “Perubahan pola cuaca membuat jamur liar semakin langka tumbuhnya. Karena itu, kami melatih komunitas dalam budidaya, panen, dan pengolahan secara berkelanjutan. Ini tentang menjaga sumber daya sekaligus meningkatkan kualitas dan aksesibilitasnya.”
Melalui proyek Z4ABC, komunitas lokal belajar cara membersihkan, mengolah, dan menyimpan jamur dengan benar—keahlian yang dapat membantu mereka dalam usaha memasarkan produknya ke pasar di Afrika dan Eropa. Selain manfaat ekonomi, inisiatif ini juga memberdayakan masyarakat untuk mengelola sumber daya alam mereka sendiri dan memastikan kelestarian hutan bagi generasi mendatang.
Inovasi dengan Perubahan Besar
Salah satu pendekatan paling inovatif dalam proyek ini adalah penggunaan bubur (slurry treatment) untuk merangsang pertumbuhan jamur. Terinspirasi dari suksesnya model terapan di negara seperti Cina, metode ini melibatkan pencampuran air, pati, gula, dan spora jamur dalam larutan kaya nutrisi. Setelah difermentasi selama beberapa minggu, bubur ini disebarkan di lantai hutan untuk meningkatkan populasi jamur secara berkelanjutan.
“Ini adalah terobosan besar,” kata Mortimer. “Teknik ini tidak hanya meningkatkan hasil panen, tetapi juga mengurangi ketergantungan pada praktek panen liar, membantu melestarikan ekosistem yang rapuh.”
Tim juga mengeksplorasi potensi beberapa jenis jamur sebagai bahan obat-obatan, dengan cara menggabungkan pengetahuan tradisional dengan penelitian ilmiah modern untuk membuka peluang baru di bidang kesehatan dan kesejahteraan.