[Catatan editor: Artikel ini mencerminkan pandangan pribadi penulis dan tidak dimaksudkan sebagai penilaian yang komprehensif].
Gambaran yang dibuat oleh Asesmen Deklarasi Hutan 2024, meskipun sebagian besar mengandalkan angka-angka tahun 2023, tidaklah indah. Mengingat tahun 2024 akan segera berakhir, berikut ini adalah gambaran kondisi hutan tahun ini.
Tahun 2024 ditandai dengan kemajuan positif dan tantangan yang terus-menerus bagi hutan dunia. Meskipun teknologi inovatif dan kerja sama internasional yang kian erat memberikan harapan, tekanan perubahan iklim, penggundulan hutan, dan pemanfaatan yang tidak berkelanjutan terus mengancam ekosistem penting ini.
Dalam agenda internasional dan nasional, peran hutan dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim ditegaskan kembali. Yang lebih menarik, pengakuan atas peran hutan dalam adaptasi dan siklus air akhirnya mulai mendapat perhatian.
Hutan memainkan peran penting dalam mitigasi perubahan iklim dengan bertindak sebagai penyerap dan penyimpan karbon, menyerap banyak karbon dioksida dari atmosfer. Dengan melestarikan dan merestorasi hutan, kita bisa mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan dan membantu menstabilkan iklim global. Menurut laporan Keadaan Hutan Dunia 2024 oleh Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO), hutan menyerap sekitar 11 miliar ton karbon dioksida setiap tahunnya.
Hutan juga merupakan sumber keanekaragaman hayati yang tak tergantikan, yang menampung hingga 80% dari semua spesies terestrial dan menopang penghidupan jutaan orang. Pada COP16 UNCBD di Cali, Kolombia, peran ini disorot pada peluncuran The Forest Factor, sebuah laporan oleh UNCBD dan Collaborative Partnership on Forests yang menyoroti bagaimana konservasi, restorasi, dan pengelolaan hutan secara berkelanjutan merupakan kunci dalam mencapai target Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global Kunming-Montreal.
Terakhir, hutan sangat penting untuk adaptasi perubahan iklim dan stabilitas sistem hidrologi. Hutan mengatur iklim regional dan global melalui evapotranspirasi, yang memoderasi suhu dan mengurangi variabilitas iklim. Efek pendinginan ini dapat menurunkan suhu di wilayah tropis hingga 2°C pada tahun 2100. Hutan bertindak sebagai penyangga alami, melindungi dari banjir, mengurangi erosi tanah, dan menstabilkan aliran air. Kawasan hutan di dekat sungai dan anak sungai menyediakan naungan, menjaga suhu air tetap dingin dan ini penting bagi kehidupan akuatik.
Kita juga menyaksikan beberapa kemajuan dalam melestarikan hutan, mengakui pentingnya peran masyarakat adat dan masyarakat lokal, serta mendapati kemajuan teknologi yang menarik.
Beberapa negara telah membuat langkah berarti dalam upaya konservasi hutan mereka. Brasil, misalnya, telah mengalami penurunan yang signifikan dalam tingkat deforestasi di hutan hujan Amazon, dengan tingkat deforestasi turun hingga 30,6% pada 2024 dibandingkan dengan tahun sebelumnya, menurut data yang dirilis oleh Institut Riset Antariksa Nasional Brasil (INPE). Indonesia, pemain utama lainnya dalam deforestasi global, juga menerapkan peraturan yang lebih ketat dan berinvestasi dalam praktik pengelolaan hutan berkelanjutan, yang menghasilkan penurunan 25% dalam tingkat deforestasi.
Teknologi juga telah menjadi alat yang ampuh dalam memajukan konservasi hutan. Penginderaan jarak jauh dan citra satelit telah memungkinkan para ilmuwan dan pembuat kebijakan untuk memantau kesehatan hutan dan mendeteksi aktivitas penebangan liar dengan akurasi yang belum pernah ada sebelumnya. Misalnya, penggunaan citra satelit telah membantu mengidentifikasi dan melacak operasi penebangan liar di hutan hujan Amazon, yang menyebabkan penyitaan besar-besaran kayu yang ditebang secara ilegal.
Masyarakat adat, yang sering kali menjadi penjaga tradisional hutan, memiliki pemahaman dan hubungan mendalam dengan ekosistem ini. Misalnya, banyak praktik masyarakat adat, seperti pembakaran terkendali dan wanatani, menjaga keanekaragaman hayati dan meningkatkan ketahanan hutan. Pengetahuan dan praktik mereka telah terbukti sangat berharga dalam pengelolaan hutan berkelanjutan. Masyarakat adat mengelola sekitar 22% dari luas daratan dunia, termasuk hamparan hutan yang luas. Hutan yang dikelola masyarakat adat di Amazon tampak sangat efektif. Tingkat deforestasinya berkurang hingga 83% dibandingkan dengan wilayah lain, yang menunjukkan kontribusi penting hutan tersebut terhadap penyimpanan karbon dan pengaturan iklim.
Meskipun ada perkembangan positif ini, yang mencakup penurunan laju deforestasi di beberapa wilayah dan kemajuan dalam pengelolaan hutan berkelanjutan, tantangan yang dihadapi hutan dunia tetap serius. Perubahan iklim terus memberikan tekanan signifikan pada ekosistem hutan, dengan meningkatnya suhu, pola curah hujan yang berubah, dan kebakaran hutan yang lebih sering dan intens menimbulkan ancaman yang parah. Pada 2023, kebakaran hutan membakar sekitar 6,687 juta hektare hutan secara global, melepaskan 6,687 megaton karbon dioksida ke atmosfer. Data awal untuk 2024 menunjukkan bahwa situasinya belum membaik. Pada Agustus 2024, terjadi lonjakan signifikan dalam aktivitas kebakaran hutan global, dengan sebagian besar peningkatan terjadi dalam sepekan. Kebakaran hutan melanda Amazon saat Brasil mengalami kekeringan terburuk yang pernah ada, dan 10.400 kebakaran dilaporkan terjadi di Peru. Paruh pertama musim panas boreal 2024 diliputi oleh banyak kebakaran hutan hebat di Rusia timur, Kanada, dan Alaska, yang menimbulkan banyak asap ke seluruh wilayah Eurasia dan Amerika Utara.
Deforestasi, yang dipicu oleh banyak faktor seperti perluasan pertanian, penebangan, dan pembangunan infrastruktur, terus terjadi di banyak wilayah, yang menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati dan jasa ekosistem. Pada 2023, dunia diperkirakan kehilangan 5,4-6,4 juta hektare hutan, terutama karena deforestasi dan degradasi hutan. Angka tahun 2024 belum tersedia, tetapi meskipun deforestasi di Amazon telah menurun, wilayah tropis lainnya mengalami peningkatan deforestasi. Penebangan liar dan, secara umum, penggunaan sumber daya hutan yang tidak berkelanjutan tetap menjadi masalah utama, yang melemahkan upaya untuk melindungi hutan dan memicu korupsi dan kejahatan terorganisasi. Diperkirakan bahwa penebangan liar menyumbang 15-30% dari produksi kayu global. Pada November 2023, Interpol menyatakan: “Perdagangan satwa liar ilegal telah menjadi salah satu aktivitas kriminal terbesar di dunia. Aktivitas ini menjadi lebih mudah pada 2024 dengan bantuan media sosial.”
Untuk mengatasi tantangan kompleks yang dihadapi hutan dunia, diperlukan pendekatan yang komprehensif dan multiaspek. Kerja sama internasional sangat penting untuk mengoordinasikan upaya-upaya, berbagi praktik terbaik, dan memberikan dukungan finansial kepada negara-negara dengan sumber daya hutan yang kaya. Tata kelola yang kuat dan penegakan hukum yang efektif sangat penting untuk memerangi penebangan liar dan memastikan pengelolaan hutan yang berkelanjutan. Berinvestasi dalam pertanian berkelanjutan dan penghidupan alternatif dapat mengurangi tekanan pada hutan dan mendorong pembangunan ekonomi. Selain itu, memberdayakan masyarakat adat dan masyarakat lokal untuk berperan dalam konservasi hutan sangat penting, karena mereka sering kali memiliki pengetahuan yang mendalam dan ikatan yang kuat dengan lahan tersebut.
Masa depan planet kita bergantung pada kesehatan hutan kita. Dengan memprioritaskan pelestarian hutan, kita dapat memitigasi perubahan iklim, melindungi keanekaragaman hayati, dan memastikan kesejahteraan generasi mendatang.
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org