Penjelasan: Lima Masalah yang Dihadapi Hutan

Dari keanekaragaman hayati, karbon hingga kesetaraan, apa saja masalah hutan yang paling mendesak saat ini?
, Friday, 14 Jun 2024
Mangrove tree in Pasir Timbul Island, Sungsnag village, Banyuasin Region. Photo by Ricky Martin/CIFOR-ICRAF Ricky Martin/CIFOR-ICRAF

Dunia ini perlu hutan. Perlu lebih banyak hutan. Saat ini terdapat sekitar tiga triliun pohon di Bumi – hanya separuh dari saat awal peradaban manusia. Dalam upaya memperlambat perubahan iklim, kita perlu melindungi hutan dan pohon yang ada, sekaligus menanam lebih banyak (dengan jenis yang tepat, di tempat yang tepat). Untuk itulah, perlu kejelasan mengenai apa yang menghalangi tumbuhnya hutan, saat ini dan masa depan – disertai aksi multi level yang diperlukan demi langkah maju. Menjelang Kongres Dunia IUFRO (Persatuan Organisasi Riset Hutan Internasional) Juni 2024, jelajahi lima masalah kunci yang dihadapi hutan.

 1: Resiliensi iklim

Dampak perubahan iklim mengancam kesehatan hutan global. Pergeseran temperatur dan meningkatnya peristiwa ekstrem seperti kebakaran, banjir, dan kekeringan mengakibatkan kerusakan ekosistem hutan yang tak bisa diperbaiki. Sementara, hama dan patogen dari hutan mencari rumah baru, dan pada banyak kasus memperluas daya jelajahnya, sejalan perubahan kondisi. Dalam konteks mengkhawatirkan ini, para peneliti di seluruh dunia berupaya lebih memahami dan mengkomunikasikan cara membantu pohon dan hutan bertahan dalam perubahan, dengan membantu pemerintah menelusuri dan merespon invasi hama dan patogen serta menelaah jenis pohon yang mampu tumbuh dalam kondisi pergeseran iklim.

 2: Pemanfaatan hutan berkelanjutan

Meskipun sudah jelas bahwa kita perlu menjaga hutan, namun bukan berarti mengunci dan membuang kuncinya. Faktanya, jika kita ingin memperluas tutupan hutan dunia, kita harus mencari cara hidup berdampingan dengan hutan dan pohon, serta memanfaatkan sumber daya dan jasa hutan dalam mewujudkan ketahanan pangan dan kebutuhan penghidupan tanpa terlalu mengganggu integritas ekologis. Hal ini berarti mengembangkan bioekonomi hutan bertanggung jawab, dengan memanfaatkan sumber daya biologis terbarukan – seperti tanaman, hutan, ikan, fauna, dan mikroorganisme – untuk produksi pangan, kesehatan, material, barang, tekstil, dan energi. Pengembangan rantai nilai dan investasi berkelanjutan, diiringi penyempurnaan sertifikasi produk hutan, merupakan langkah kunci peningkatan standar dan harapan dalam arena ini.

3: Melestarikan keanekaragaman hayati dan jasa lingkungan

Keanekaragaman hayati berada dalam ancaman besar, terutama disebabkan kehilangan habitat – termasuk pohon dan hutan yang menjadi rumah miliaran spesies. Saat kita kehilangan spesies, fungsi ekosistem akan menanggung risiko dan dapat mengorbankan jasa esensial yang sangat kita butuhkan – sering kali sebelum kita tahu bagaimana atau mengapa. Riset mengenai sumber daya genetik hutan bertujuan untuk lebih memahami biodiversitas dalam hutan dan menjaganya untuk penerapan di masa depan. Saat ini, potensi sumber daya tersebut membantu menjaga jasa lingkungan, mitigasi perubahan iklim, mempertinggi resiliensi, dan menyediakan produk hutan masih kurang terpelajari dan umumnya belum termanfaatkan.

Perspektif pada level lanskap bisa membantu preservasi biodiversitas. Hutan berada dalam lanskap lebih luas yang bisa berisi wilayah yang berisi pemanfaatan lahan lain seperti pertanian dan pusat kota. Melalui pelibatan multipihak pada level lanskap, dan upaya seperti menanam lebih banyak pohon di pertanian dan budi daya pangan di kota, kita bisa mulai menautkan kembali habitat liar terfragmentasi, menyediakan batu pijakan antar jejaring kawasan lindung, dan konservasi biodiversitas tanah.

4: Keadilan dan inklusi

Hutan kita diharapkan melayani berbagai kepentingan dan kebutuhan global dan domestik. Sekitar 1,6 miliar orang di dunia bergantung secara langsung pada hutan dan lanskap berbasis pohon untuk pencaharian dan kesejahteraan. Namun tidak semua orang memiliki kekuatan yang sama untuk memutuskan bagaimana hutan dikelola, atau sumber daya dibagi dan didistribusikan.

Oleh karena itu, menjadi penting untuk menggunakan lensa keadilan pada kebijakan dan instrumen yang digunakan dalam tata kelola dan manajemen hutan, serta secara berhati-hati mendistribusikan beban dan manfaat pada pemegang hak, pemangku kepentingan, dan mereka yang memiliki hak namun belum terealisasi. Kita juga perlu melakukan hal itu dengan mempertimbangkan bagaimana pengetahuan sainstifik diproduksi, dan nilai kontribusi berbagai aktor dan jalan pengetahuan. Memperluas kebijakan dan instrumen dalam menjawab topik-topik tersebut – serta mengelola timbal baliknya – merupakan salah satu tantangan kunci dalam perubahan transformatif menuju masyarakat resiliens.

Namun bagaimana kita melakukannya? Riset mengenai perangkat gender dan inklusi sosial menawarkan perangkat, kerangka kerja, metode dan pendekatan untuk mengamplifikasi suara masyarakat yang bergantung hutan dari seluruh gender, kelompok usia, etnis di seluruh dunia, sejalan dengan isu keadilan seperti tenurial hutan dan pembiayaan iklim.

5: Pewarisan pengelolaan 

Perhatian adalah awal dari setia,” tulis sastrawan alam Mary Oliver. Masa depan kita membutuhkan makin banyak orang yang secara mendalam mengenali hutan – dan juga merawat dengan sungguh-sungguh. Namun, urbanisasi dan fokus ekonomi sering kali menarik kita ke arah lain, masih banyak yang belum diketahui. Meskipun demikian, banyak perangkat untuk mengasah pengetahuan, selain praktik sudah kita miliki. Inovasi dalam riset hutan memungkinkan pergeseran paradigma dalam cara kita mengelola dan memantau hutan. Teknologi seperti penginderaan jarak jauh dan kecerdasan buatan sangat meningkatkan akurasi penghitungan dan prediksi hutan, memfasilitasi intervensi yang lebih presisi dan tepat waktu.

Peningkatan manajemen hutan juga membutuhkan gelombang besar informasi dan orang yang bersemangat. Proyek seperti Zamba Clubs, yang bertujuan mengedukasi dan menginspirasi pelajar mengenai masalah lingkungan di Lanskap Pelibatan Yangambi Republik Demokratik Kongo, menyuarakan pentingnya membesarkan generasi ahli hutan muda yang akan menjaga dan meningkatkan sumber daya ini untuk generasi mendatang.

Copyright policy:
We want you to share Forests News content, which is licensed under Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). This means you are free to redistribute our material for non-commercial purposes. All we ask is that you give Forests News appropriate credit and link to the original Forests News content, indicate if changes were made, and distribute your contributions under the same Creative Commons license. You must notify Forests News if you repost, reprint or reuse our materials by contacting forestsnews@cifor-icraf.org.