Rencana Keanekaragaman Hayati untuk Semua

Melihat faktor yang mendorong perubahan transformasional untuk Hari Keanekaragaman Hayati
, Monday, 27 May 2024
Potret orangutan (Pongo pygmaeus) di Tanjung Puting, Kalimantan Tengah, Indonesia. Foto oleh: Terry Sunderland

Keanekaragaman hayati merupakan keberagaman kehidupan di muka bumi, termasuk di antaranya bakteri terkecil hingga mamalia terbesar. Tanpa keanekaragaman hayati, kita tidak akan mempunyai udara untuk bernapas, air untuk diminum, makanan untuk dikonsumsi, yang berarti kita tidak akan bisa hidup.

Hilangnya keanekaragaman hayati di seluruh dunia mengancam keberlangsungan kehidupan manusia dan Bumi. Saat ini, penurunan jumlah spesies dilihat sebagai fenomena yang ‘belum pernah terjadi sebelumnya’, ilmu pengetahuan memperingatkan ancaman kepunahan massal keenam, dan pemimpin bisnis global menyampaikan kekhawatiran mereka akan ekonomi dunia. Kita berada dalam posisi yang sangat dekat – dan di beberapa kasus bahkan telah melintasi – dengan titik kritis ekologis yang menyebabkan bencana.

Tapi belum terlambat. Kita perlu bergerak dengan cepat dan memiliki tujuan yang jelas. Kita harus dapat memanfaatkan keberhasilan dan juga belajar dari kesalahan masa lalu untuk mengadopsi pendekatan yang berani dan inovatif yang belum pernah dicoba atau dilakukan sebelumnya.

Selama tiga dekade terakhir, kementerian lingkungan hidup, ilmuwan dan masyarakat sipil telah mengembangkan lebih dari lima ratus konvensi terkait keanekaragaman hayati dan perjanjian lingkungan multilateral. Salah satu di antaranya adalah National Biodiversity Strategies and Action Plans (NBSAP), yang ditetapkan pada KTT Bumi tahun 1992 sebagai sarana utama untuk mengesahkan Konvensi Keanekaragaman Hayati (CBD).

Rancangan tersebut bertujuan untuk menyertakan keanekaragaman hayati dalam pertimbangan kebijakan nasional. Terlepas beberapa keberhasilan, sebagian besar dari NBSAP mengalami kegagalan, karena masyarakat belum memahami sepenuhnya ketergantungan kehidupan. Banyak tantangan yang dihadapi, termasuk dalam menjangkau lapisan masyarakat yang lebih luas, kurangnya pengetahuan yang spesifik konteks, dan risiko narasi yang terkooptasi dan merugikan seputar keanekaragaman hayati.

Selain itu, kemajuan pengetahuan dan kesadaran lingkungan tidak berbanding lurus dengan tindakan. Model komunikasi sains yang ketinggalan zaman gagal memperhitungan bahwa nilai-nilai dan agensi sangatlah berpengaruh dalam mendorong perubahan perilaku.

Jadi, apa yang diperlukan untuk memobilisasi masyarakat lintas sektor dan mengakselerasi kesadaran, pengetahuan, dan tindakan dengan kecepatan dan dampak yang belum pernah terjadi sebelumnya? Penelitian menunjukkan bahwa 25% populasi dapat memicu titik kritis sosial. Namun, penelitian-penelitian sebelumnya menemukan bahwa: jika hanya 3,5% populasi melakukan tindakan terkoordinasi dan terkoneksi yang terlihat seperti pembuat perubahan, mereka dapat membuat kebijakan dan perubahan sosial yang tampaknya mustahil.

Changemakers atau para individu atau kelompok yang memiliki visi dan misi untuk membuat perubahan positif di masyarakat atau lingkungan sekitarnya, adalah pejuang keanekaragaman hayati ada di setiap segmen masyarakat, termasuk perusahaan sektor swasta yang inovatif; pemimpin yang menginspirasi; anggota masyarakat sipil yang mengetahui permasalahan, bersedia bertindak, dan/atau sudah bertindak; dan petani serta Masyarakat Adat – pengelola dan pengajar keanekaragaman hayati terbesar di dunia.

Kita perlu merevolusi cara kita meningkatkan kesadaran, mendidik, dan mendorong perubahan perilaku jangka panjang demi keanekaragaman hayati. Kita butuh:

  • Pertumbuhan komunitas berorientasi tindakan: Dunia telah beralih dari tindakan individu ke komunitas dinamis dan kolaboratif yang meliputi individu-individu dengan pemikiran yang sama. Kita memerlukan pendekatan dari bawah ke atas (bottom-up) untuk mempercepat kinerja berbagai komunitas lokal dan aktivis keanekaragaman hayati, menghubungkan mereka dengan jaringan regional dan global, untuk mendorong perubahan masyarakat dalam berpikir, mengambil keputusan, dan perubahan perilaku.
  • Revolusi digital yang pesat menawarkan pendekatan-pendekatan inovatif: Pada 2023, lebih dari 64% populasi global telah menggunakan teknologi online, naik sebanyak 39% jika dibandingkan dengan 2013. Konektivitas yang dikombinasikan dengan teknologi baru memungkinkan peluncuran kampanye inovatif dan mendorong partisipasi masyarakat kreatif di seluruh dunia, sesuatu yang sebelumnya tidak mungkin dilakukan – sambil berkolaborasi dengan mitra lokal untuk menjangkau seluruh kesenjangan digital.
  • Kemajuan dalam kapasitas organisasi dan kemitraan: Kapasitas organisasi pembangunan dan media untuk berkolaborasi dan memberikan hasil jauh lebih besar dibandingkan satu dekade lalu. Meskipun inisiatif-inisiatif di masa lalu seperti Green Wave CBD menunjukkan hasil yang menjanjikan, organisasi-organisasi saat ini lebih siap untuk mewujudkan potensi mereka. Kita memerlukan model kemitraan inklusif yang dapat mengadakan diskusi dengan cepat dan memfasilitasi kerja sama di antara jaringan mitra lokal dan global yang terus berkembang.

Untuk menyelamatkan kehidupan, menghentikan dan memulihkan hilangnya keanekaragaman hayati, diperlukan transformasi di setiap lapisan masyarakat: individu, pengusaha, lembaga dan mitra internasional perlu bekerja sama untuk memahami dampaknya, berkompromi dan menangkap peluang.

Kerangka peraturan dan penegakan hukum saja tidak cukup untuk memulihkan keadaan: pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya keanekaragaman hayati bagi kehidupan setiap orang merupakan pendorong penting bagi perubahan transformatif.

Kita memerlukan rencana keanekaragaman hayati untuk semua pihak, yang selaras dengan penghidupan, budaya, dan aspirasi masyarakat.

Copyright policy:
We want you to share Forests News content, which is licensed under Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). This means you are free to redistribute our material for non-commercial purposes. All we ask is that you give Forests News appropriate credit and link to the original Forests News content, indicate if changes were made, and distribute your contributions under the same Creative Commons license. You must notify Forests News if you repost, reprint or reuse our materials by contacting forestsnews@cifor-icraf.org.