Saat ini, perubahan iklim telah menghasilkan dampak yang membahayakan tanaman pangan. Oleh karena itu, melestarikan benih dari varietas tanaman yang berbeda menjadi penting sehingga pembudidaya dapat mengembangkan tanaman yang tahan terhadap banjir dan suhu tinggi, sekaligus tahan kekeringan, hama, dan penyakit.
Negara-negara di seluruh dunia telah melakukan berbagai upaya untuk merestorasi wilayah hutan terdegradasi yang cukup luas, namun ada banyak tantangan terkait pengumpulan, penyimpanan, dan pendistribusian benih pohon dari spesies liar dengan keragaman genetik yang memadai.
Konferensi Global Landscapes Forum (GLF) GLF Nairobi 2023: A New Vision for Earth menyerukan pentingnya untuk segera mempersiapkan cara yang lebih baik untuk melindungi masyarakat dan lanskap dari dampak perubahan iklim.
Pada hari pertama konferensi tersebut, dalam sesi pendukung yang diadakan CIFOR-ICRAF dan Crop Trust, para ahli konservasi sumber daya genetik tanaman dan pohon menyampaikan pentingnya bank benih dalam melestarikan keanekaragaman genetik dan memastikan ketersediaan benih.
Éliane Ubalijoro, Chief Executive Officer CIFOR-ICRAF, membuka acara tersebut dengan menyerukan transformasi untuk menstabilkan iklim dan mencukupi kebutuhan untuk makanan bergizi bagi populasi global yang terus bertambah. “Peran penting bank benih dalam mencapai tujuan ini tidak dapat dianggap remeh,” ujar Ubalijoro.“Bank benih melestarikan keanekaragaman benih dunia termasuk tanaman pangan dan pepohonan, dan mereka berbagi keanekaragaman tersebut dengan para ilmuwan dan petani untuk memperkuat sistem pangan planet kita.”
Direktur Eksekutif Crop Trust, Stefan Schmitz, menutup sesi dengan pemahaman bahwa “pada prinsipnya keberagaman adalah hal penting. Kita membutuhkan keanekaragaman benih untuk mentransformasi sistem pertanian pangan – terutama pada spesies yang terabaikan dan kurang dimanfaatkan. Begitu banyak hal yang perlu dilakukan, dan begitu banyak keanekaragaman yang masih perlu dilestarikan, sebelum mereka hilang selamanya.”
Forests News meminta para pembicara untuk membagikan pengetahuan mereka mengenai keanekaragaman dan pandangan mengenai bank gen di Afrika.
Kabar Hutan: Mengapa penting untuk melestarikan dan memanfaatkan keanekaragaman tanaman dan pohon?
Sunday Aladele, Direktur Penelitian dan mantan Direktur Eksekutif Bank Gen Nigeria, National Centre for Genetic Resources and Biotechnology (NACGRAB): Keanekaragaman varietas tumbuhan memberikan banyak pilihan dan memberikan kita bahan mentah yang memiliki gen pembudidaya perlukan untuk digunakan dalam proses mengembangkan varietas tanaman baru, yang memiliki karakter-karakter tahan iklim. Hal ini juga memberikan penghidupan yang lebih baik bagi petani, konsumen dan industri dalam menghadapi tantangan iklim yang tidak terduga.
Ramni Jamnadass, Ilmuwan Utama dan Pemimpin Penelitian di CIFOR-ICRAF: Mengenai sistem pertanian pangan, hutan, dan agroforestri yang sehat dan berketahanan memerlukan keanekaragaman pada tingkat spesies dan genetik. Keanekaragaman spesies pohon memungkinkan adanya beragam sumber makanan, struktur habitat, fungsi ekologi, dan stabilitas terhadap tekanan lingkungan.
Chrispus Oduori, Kepala Ilmuwan Peneliti Kenya Agricultural & Livestock (KALRO), Kibos Centre: Keanekaragaman tumbuhan memungkinkan proses ‘pra-budidaya’. Pada dasarnya proses ini mengembangkan materi genetik baru melalui penyilangan kerabat tanaman liar atau spesies tanaman yang belum beradaptasi dengan tanaman budidaya untuk memperkenalkan karakter-karakter tanaman baru yang diinginkan ke dalam program budidaya.
Asmund Asdal, Koordinator Svalbard Global Seed Vault di Nordic Genetic Resource Center (NordGen): Bank Genetik melestarikan dan menyediakan sumber daya penting ini untuk pembudidayaan dan penelitian. Svalbard Global Seed Vault menyediakan keamanan ekstra untuk sumber daya dengan menyimpan duplikasi benih dan sumber daya genetik dalam kondisi optimal di tempat yang aman.
Kabar Hutan: Apa tantangan dalam mengelola bank benih di Afrika?
Aladele: Masalah finansial merupakan tantangan yang dihadapi sebagian besar bank benih: alokasi anggaran pemerintah yang buruk, infrastruktur yang buruk, dan kebijakan yang tidak konsisten. Untuk mengatasi hal ini, kita perlu bekerja dengan cara yang cerdas namun hati-hati. Kita harus memastikan bahwa koleksi disimpan dalam jumlah yang sangat sedikit atau dapat dikelola, dan bahwa regenerasi dilakukan secara perlahan dan dalam jangka waktu yang wajar, berdasarkan permintaan, distribusi, dan penilaian kelayakan.
Kabar Hutan: Apa yang menginspirasi Anda secara pribadi untuk melestarikan keanekaragaman hayati tanaman pangan?
Oduori: Saya tumbuh bersama nenek saya, petani yang sangat menyukai pekerjaannya, yang menanam beraneka tanaman. Dia akan melakukan tumpang sari tanaman ragi alias jawawut (millet finger) dengan wijen. Seiring bertambahnya usia saya, produksi jawawut menurun, dan wijen menghilang. Begitu pula dengan burung puyuh, yang merupakan hidangan lezat di Kenya bagian barat. Ternyata burung puyuh biasa memakan tanaman ini dan tidak dapat bertahan hidup tanpa tanaman tersebut. Hal ini ini membangkitkan semangat saya untuk melestarikan jawawut.
Asdal: Saya senang dapat menjadi bagian dari upaya global yang sangat penting untuk masa depan. Hal yang paling menginspirasi saya adalah bisa berhubungan dengan—dan bekerja dengan—begitu banyak orang yang terampil dan antusias di berbagai bank gen di seluruh dunia.
Kabar Hutan: Bagaimana koleksi ini digunakan untuk meningkatkan penghidupan masyarakat?
Jamnadass: Keanekaragaman spesies pohon, hutan dapat menghasilkan makanan berlimpah, mendukung satwa liar yang kompleks, memperkaya proses ekologi, dan menahan wabah penyakit. Keanekaragaman genetik dalam setiap spesies pohon menghasilkan adaptasi, potensi evolusi, dan kemampuan penyesuaian dalam perubahan kondisi. Gen dan sifat yang bervariasi memungkinkan pohon beradaptasi dengan perubahan iklim, bersaing dengan hama baru, atau memanfaatkan ketersediaan sumber daya.
Aladele: Dalam proyek Seeds for Resilience, benih dari bank benih diberikan langsung kepada petani. Terkadang petani menghasilkan penemuan mengejutkan. Misalnya, sekelompok petani di Negara Bagian Kano di Nigeria utara menemukan varietas sorgum yang dapat matang dalam durasi setengah lebih cepat dibandingkan biasanya: dua bulan, bukan empat bulan. Artinya, hasil panen mereka berhasil ‘mengalahkan’ musim kemarau.
Kabar Hutan: Mengapa kerja sama internasional diperlukan untuk membantu para pemegang koleksi benih di seluruh dunia untuk menyimpan benih mereka di Svalbard Global Seed Vault?
Asdal: Tidak ada negara atau wilayah yang mampu melakukan swasembada sumber daya genetik tanaman.
Untungnya, upaya bersama selama bertahun-tahun telah mengorganisir konservasi dan penggunaan sumber daya ini.
Kerja sama internasional dan program pendanaan juga memastikan bahwa sumber daya berharga milik negara-negara di wilayah kurang berkembang dilestarikan, didukung, dan tersedia untuk ilmu pengetahuan dan pembudidayaan tanaman bagi semua negara – dan bagi umat manusia.
We want you to share Forests News content, which is licensed under Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). This means you are free to redistribute our material for non-commercial purposes. All we ask is that you give Forests News appropriate credit and link to the original Forests News content, indicate if changes were made, and distribute your contributions under the same Creative Commons license. You must notify Forests News if you repost, reprint or reuse our materials by contacting forestsnews@cifor-icraf.org.