Naskah ini disampaikan Direktur Jenderal Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR) pada pidato penutupan Global Landscapes Forum Biodiversity Digital Conference: One World – One Health. CIFOR menggelar GLF bersama Program Lingkungan PBB dan Bank Dunia.
Kita kini berada di persimpangan.
Kita telah menciptakan keadaan bagi keruntuhan sosial, meski berbeda dengan keruntuhan sebelumnya, seperti kepunahan Romawi dan Suku Maya misalnya, kita beruntung memiliki cukup pengetahuan untuk mengetahui apa yang kita perlukan agar dapat menghindarinya.
Kita menghadapi krisis eksistensial. Kehilangan keanekaragaman hayati dan perubahan iklim berkelindan, saling memperkuat, diperburuk oleh ketidakadilan.
Jika kita tidak mengatasi masalah yang dihadapi bumi saat ini, kita akan menghadapi masa sulit. Bukan artinya bumi akan peduli jika kita punah, tetapi prosesnya akan sangat buruk bagi kita.
Jadi, kita harus mengambil tindakan, dan kita tidak boleh tertipu untuk percaya bahwa ada teknologi yang dapat menyelamatkan kita, seperti pada film fiksi Star Trek.
Pada derajat tertentu, teknologi bisa menyelamatkan kita, namun kita harus segera mengganti model pembangunan dan paradigma dasar pengelolaan sumber daya bumi. Tidak ada yang namanya pertumbuhan berkelanjutan tak terhingga.
Kita harus berdiskusi mengenai bagaimana melindungi keanekaragaman hayati yang tersisa.
Bagi banyak orang, menyebut konservasi keragaman hayati mengingatkan pada spesies satwa terancam – harimau, orangutan atau paus, sebagai contohnya.
Kita punya alasan bagus untuk menyelamatkan satwa ikonik ini, mereka cantik, dan dunia akan menjadi tempat yang lebih berduka tanpa mereka. Seperti hutan, paus misalnya, juga memainkan peran penting dalam siklus karbon, dan memiliki nilai finansial, yang diestimasikan mencapai 1 triliun dolar AS setara harga stok karbon.
Bukan hanya spesies ikonik, seluruh komponen keanekaragaman hayati menjadi penting, termasuk pohon di halaman belakang Anda, semak yang tumbuh di pinggir jalan, terlepas lokasi dan jenisnya, kita harus melindungi apa yang tersisa.
Sambil melakukan konservasi keanekaragaman hayati, kita perlu memiliki standar hidup – standar hidup layak.
Untuk itu, kita perlu memproduksi barang dan jasa, yang artinya kita harus mengarusutamakan keanekaragaman hayati ke dalam sektor produktif. Penting sekali kita bisa melakukannya, dan melakukannya secara bermanfaat.
Tentu saja beberapa sektor, terdampak langsung oleh keanekaragaman hayati, pertanian besar berdiri di atas tenggat keanekaragaman hayati untuk penyerbukan, kontrol hama, dan pertumbuhan tanaman.
Sektor lain, seperti energi, yang umumnya bergantung pada bahan bakar fosil, bisa saja percaya mereka kebal dari kehilangan keanekaragaman hayati. Mereka menipu diri sendiri, karena tanpa keanekaragaman hayati mereka tidak akan bertahan juga.
Seraya melindungi apa yang tersisa dengan mengarusutamakan keanekaragaman hayati ke dalam sektor produksi, kita juga perlu merestorasi seluruh wilayah terdegradasi.
Kita perlu mengubah restorasi menjadi usaha yang menciptakan lapangan kerja, jasa dan penghidupan di atas upaya restorasi keanekaragaman hayati.
Data empiris menunjukkan bahwa jika satu dolar diinvestasikan dalam restorasi, terdapat keuntungan sebesar 7 hingga 10 dolar AS. Pertanyaannya mengapa kita tidak melakukannya.
Inilah alasan mengapa sangat penting untuk menegaskan aksi visioner Perserikatan Bangsa Bangsa dalam deklarasi Dekade Restorasi Ekosistem PBB 2021–2030. Momentum yang tepat.
Kritik akan menyatakan bahwa restorasi keanekaragaman hayati membutuhkan banyak uang, insentif harus disuntikkan dan ini tidak mungkin. Argumen ini buruk – bahkan, bukan sebuah argumen.
Setiap tahun, kita menghabiskan sekitar 500 miliar dolar AS mensubsidi bahan bakar fosil, sekitar 600 miliar dolar AS subsidi pertanian, dan sekitar 1,3 triliun dolar AS belanja militer.
Jika kita menarik garis paralel dan mempertimbangkan pandemi, jelas bahwa kita mengeluarkan sejumlah uang yang tidak membantu kita memenangkan perang melawan COVID-19. Ketika kita menalangi bank setelah keruntuhan finansial 2008, bantuan langsungnya bernilai sekitar 1 triliun dolar AS, meski biaya sebenarnya untuk masyarakat diperkirakan mencapai 16 triliun dolar AS.
Angka itu menunjukkan bahwa kita punya uang, tetapi kita perlu menyusun ulang prioritas investasi.
Kita mampu, jika kita mau berinvestasi pada keanekaragaman hayati.
Estimasi menunjukkan bahwa jumlah yang diperlukan adalah sekitar 80 miliar dolar AS setahun, dan untuk restorasi lahan terdegradasi, antara 40 hingga 50 miliar dolar AS setahun sudah cukup.
Jadi, jika kita memeriksa belanja subsidi, menalangi bank dan senjata pemusnah massal, kita bisa menyelamatkan keanekaragaman hayati dunia beberapa kali dan berulang kali pula merestorasi lahan kita.
Kita perlu duduk bersama satu meja: Masyarakat Adat; komunitas lokal; sektor swasta; sektor publik dan masyarakat sipil.
Mereka yang tidak duduk bersama akan segera masuk daftar menu.
Kita cukup punya pengetahuan untuk menyelesaikan tugas. Kita juga punya cukup uang.
Jika kita mau menginvestasikan uang pada keanekaragaman hayati, perubahan iklim dan restorasi lahan, kita tahu ada keuntungan besar dihasilkan dalam jangka menengah dan panjang yang akan mengerdilkan uang yang kita belanjakan sekarang.
Jadi, pertanyaan eksistensialnya adalah mengapa kita tidak melakukannya.
Kita bisa melakukannya.
Di Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR), dan Wanatani Dunia (ICRAF), bekerja sama dalam program baru, Bentang Alam Resilien, Forum Bentang Alam Global (GLF) dan banyak mitra lain, kita bisa melakukannya.
Kita bisa mengajak berbagai pihak untuk duduk bersama-sama dan mengatur menu untuk konservasi keanekaragaman hayati, mitigasi perubahan iklim dan mengurangi ketidaksetaraan.
Kita mulai menyerukan aksi. Kita perlu memberikan tekanan dan memastikan bahwa kita sedang mengatasi krisis kehilangan keanekaragaman hayati, perubahan iklim dan ketidaksetaraan.
We want you to share Forests News content, which is licensed under Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). This means you are free to redistribute our material for non-commercial purposes. All we ask is that you give Forests News appropriate credit and link to the original Forests News content, indicate if changes were made, and distribute your contributions under the same Creative Commons license. You must notify Forests News if you repost, reprint or reuse our materials by contacting forestsnews@cifor-icraf.org.