Urgensi pelestarian spesies pohon asli
Pada Februari 2025, Eliane Ubalijoro, CEO Center for International Forestry Research and World Agroforestry (CIFOR-ICRAF), akan memulai perjalanan dari Nairobi di benua Afrika menuju hamparan es di Svalbard, sebuah kepulauan terpencil di Norwegia yang terletak di dalam Lingkaran Arktik.
Ia akan membawa berbagai benih pohon dari Tree Genebank CIFOR-ICRAF—sumber kehidupan keanekaragaman hayati yang berharga—untuk disimpan di Svalbard Global Seed Vault. Fasilitas bawah tanah ini melindungi lebih dari satu juta sampel benih dari seluruh dunia, berfungsi sebagai polis asuransi genetik untuk menghadapi ketahanan pangan dan gizi, perubahan iklim, deforestasi, serta kehancuran ekologi.
Dalam perjalanannya, Eliane Ubalijoro akan membawa benih pohon ikonik baobab (Adansonia digitata) yang menghasilkan buah dan daun bernutrisi untuk konsumsi manusia, pohon faidherbia (Faidherbia albida) yang berperan sebagai pupuk alami dengan kemampuan mengikat nitrogen, serta pohon jati Sudan (Cordia africana), spesies kayu bernilai tinggi yang semakin terancam. Spesies-spesies asli ini, bersama banyak lainnya, memiliki peran penting bagi keanekaragaman hayati dan mata pencaharian manusia, namun menghadapi tekanan yang semakin besar.
Mengapa sampel benih ini begitu berharga? Berikut ini, kita akan membahas pentingnya spesies pohon asli—serta bagaimana kita dapat membantu melestarikan dan merestorasinya.
Apa itu spesies pohon asli?
Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) mendefinisikan spesies pohon asli sebagai pohon yang “berada dalam wilayah alaminya (baik di masa lalu maupun sekarang) dan memiliki potensi penyebaran secara alami.” Beberapa spesies asli disebut sebagai ‘endemik’, yang berarti mereka hanya ditemukan di satu wilayah tertentu dan tidak ada di tempat lain.
Semua spesies pohon pada awalnya berasal dari suatu tempat, tetapi ketika manusia memperkenalkan pohon ke luar wilayah aslinya, pohon tersebut disebut sebagai spesies eksotis. Seiring waktu, beberapa spesies eksotis dapat menjadi naturalisasi, beradaptasi dengan lingkungan baru, dan bahkan memainkan peran ekologis penting dalam konservasi. Namun, dalam perspektif konservasi, spesies asli tetap menjadi prioritas utama karena mereka telah beradaptasi secara unik dengan ekosistemnya dan sering kali lebih rentan terhadap kehilangan habitat.

Anggota Itare Conservation Group, Stephen Kenduiwo, memegang benih asli. Foto oleh Patrick Shepherd / CIFOR-ICRAF.
Meskipun spesies pohon eksotis dapat menyediakan berbagai produk dan jasa, seperti kayu, kayu bakar, dan pengendalian erosi, saat ini terdapat penekanan yang kuat pada penanaman spesies pohon asli untuk restorasi bentang alam. Pohon-pohon asli memberikan manfaat ekologis yang besar, termasuk mendukung keanekaragaman hayati lokal, meningkatkan kesehatan tanah, dan menjaga ketahanan ekosistem. Bagian di bawah ini akan membahas manfaat-manfaat tersebut lebih lanjut.
Bagaimana dan mengapa spesies pohon asli terancam?
Selama masa Antroposen, jumlah pohon di planet ini telah berkurang drastis, baik dari segi luasannya maupun keanekaragaman spesiesnya. Setiap tahun, sekitar 15 miliar pohon hilang secara global, atau sekitar 41 juta pohon setiap hari.
Ekspansi pertanian, eksploitasi berlebihan, perubahan iklim, serta penyebaran spesies invasif dan spesies bermasalah lainnya menjadi ancaman utama yang mempercepat penurunan ini.
Ancaman-ancaman ini sering kali bekerja secara bersamaan, menciptakan tekanan yang semakin besar. Misalnya, perubahan iklim tidak hanya membuat pohon lebih rentan terhadap serangan hama invasif, tetapi juga memperburuk kebakaran hutan, yang semakin mengancam populasi pohon yang sudah rapuh. Pembangunan perkotaan juga menyebabkan hilangnya pohon sekaligus memicu fragmentasi habitat, sehingga menyulitkan spesies pohon untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Saat ini, lebih dari sepertiga spesies pohon yang dikenal di seluruh dunia—lebih dari 17.000 spesies—berisiko mengalami kepunahan.
Bagaimana dan mengapa spesies pohon asli penting?
Spesies pohon berkembang di lingkungan alaminya selama ribuan hingga jutaan tahun, beradaptasi dengan kondisi dan ekosistem tertentu. Proses evolusi ini membentuk komposisi genetik dan karakter unik yang memungkinkan mereka bertahan dalam lingkungannya. Karakteristik ini tidak hanya membantu mereka menghadapi perubahan lingkungan, tetapi juga menyediakan keanekaragaman genetik yang dibutuhkan oleh pemulia tanaman untuk mengembangkan genotipe baru yang mampu bertahan menghadapi tantangan iklim di masa depan.
Keberadaan spesies pohon asli dalam suatu ekosistem memungkinkan mereka membentuk banyak hubungan penting dengan spesies lain-lain, mendukung keanekaragaman hayati dan menjaga kesehatan ekosistem. Pohon asli menyediakan habitat alami yang berkelanjutan bagi keanekaragaman hayati lokal sekaligus menawarkan sumber daya berharga bagi masyarakat. Misalnya, banyak spesies pohon asli memiliki nilai budaya, ekonomi, dan gizi, serta menyediakan berbagai sumber daya seperti kayu, obat-obatan, buah-buahan, kacang-kacangan, sayuran berdaun, pakan ternak, kayu bakar, tempat sakral, dan keteduhan. Penanaman dan regenerasi alami mereka berperan penting dalam restorasi bentang alam serta menjaga stabilitas lingkungan.

Seekor merpati kayu Selandia Baru, atau kererū, bertengger di pohon karaka. Foto oleh Elysia / Animalia.
Di Selandia Baru, pohon karaka (Corynocarpus laevigatus) telah berevolusi bersama burung kererū (Hemiphaga novaeseelandiae), merpati kayu asli berwarna ungu dan hijau yang menjadi satu-satunya burung asli yang masih mampu menelan dan menyebarkan biji pohon ini. Jika populasi salah satu spesies menurun, kelangsungan hidup spesies lainnya akan terdampak langsung.
Ketergantungan serupa juga terjadi di berbagai belahan dunia. Di Afrika, pohon baobab raksasa menyediakan sumber makanan bagi banyak spesies. Kelelawar buah menyerbuki pohon ini agar dapat beregenerasi, sementara bunga-bunga baobab menghasilkan nektar bergizi bagi kelelawar. Pohon baobab juga menyimpan air dalam batangnya, menopang kehidupan ekosistem selama musim kemarau.
Di Amerika Selatan, pohon kacang Brazil bergantung sepenuhnya pada spesies lebah tertentu dan agoutis untuk proses penyerbukan dan penyebaran biji. Sebagai gantinya, pohon ini menyediakan sumber makanan bagi hewan-hewan tersebut, menciptakan hubungan timbal balik yang penting bagi keseimbangan ekosistem.
Ahli ekologi Jose M. Montoya menjelaskan dalam sebuah artikel terbaru bahwa ekosistem berubah seperti reaksi berantai, layaknya permainan bowling. Ketika bola mengenai satu atau dua pin, pin-pin tersebut akan menabrak pin lainnya hingga akhirnya menentukan skor. Demikian pula, jika satu spesies punah dalam suatu ekosistem, banyak spesies lain bisa ikut punah, meskipun awalnya mereka tidak secara langsung terdampak.
Kontribusi ekologis pohon asli masih belum sepenuhnya dipahami, dan dampak kehilangan mereka mungkin baru terasa ketika semuanya sudah terlambat. Namun, kita harus menjaga cukup banyak pohon asli tetap hidup agar ekosistem tidak runtuh sepenuhnya.
Apakah proyek restorasi mendukung atau justru menghambat keberlangsungan pohon asli?
Proyek penanaman pohon skala besar semakin meningkat di seluruh dunia sebagai respons terhadap krisis perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati. Komitmen ambisius untuk restorasi bentang alam tercermin dalam berbagai janji yang dibuat oleh negara-negara di bawah Bonn Challenge dan inisiatif lainnya.
Antusiasme dalam menanam pohon untuk mendukung restorasi bentang alam patut diapresiasi, tetapi pelaksanaannya tidak selalu tepat. Beberapa inisiatif lebih mengutamakan spesies eksotik yang tumbuh cepat dengan kualitas rendah, karena benih dan bibitnya lebih murah serta mudah didapat. Di Afrika Timur, misalnya, pohon eksotik seperti eukaliptus dan grevillea (Grevillea robusta) lebih sering ditanam dibandingkan berbagai jenis pohon asli, karena benih dan bibit pohon asli lebih sulit diperoleh bagi para petani dan penanam.
Penanaman dengan model perkebunan monokultur sering kali menghasilkan dampak buruk bagi keanekaragaman hayati, penyerapan karbon, dan ketahanan iklim. Studi terbaru menunjukkan bahwa hutan asli yang beragam mampu menyerap lebih banyak karbon dibandingkan perkebunan monokultur sepanjang masa hidupnya, sekaligus menyediakan habitat yang lebih baik bagi satwa liar dan lebih tahan terhadap tekanan penyakit akibat perubahan iklim. Di banyak kasus, spesies pohon eksotis yang invasif—seperti pinus dan eukaliptus yang sering ditanam—dapat mengancam kelangsungan hidup hutan asli di sekitarnya.
Bagaimana kita dapat membantu melestarikan dan memulihkan populasi spesies pohon asli?
Cara paling efektif untuk menjaga keanekaragaman pohon adalah dengan mempertahankan hutan asli yang masih berdiri. Jika hal itu tidak memungkinkan, bank gen biji dan lapangan berperan penting dalam konservasi, begitu pula dengan pelestarian pohon di lahan pertanian dan bentang alam yang telah dimodifikasi manusia.
Komitmen dalam Bonn Challenge dan berbagai inisiatif restorasi membuka peluang baru untuk mempromosikan, menanam, dan mengintegrasikan pohon asli ke dalam bentang alam. Seiring meningkatnya kesadaran akan pentingnya spesies asli, proyek restorasi semakin menekankan penggunaan pohon asli. Di ekosistem yang telah terdegradasi, upaya restorasi dapat mencapai hasil terbaik dengan menanam “pohon yang tepat di tempat yang tepat.” Meskipun dalam beberapa kasus kombinasi pohon asli dan eksotis diperlukan sesuai kebutuhan lokal, semakin banyak pihak yang menyadari perlunya memprioritaskan pohon asli.
Untuk membantu pengambilan keputusan dalam penanaman pohon, inisiatif Right Tree in the Right Place – Seed (RTRP-Seed) yang dipimpin oleh CIFOR-ICRAF bekerja sama dengan mitra internasional, nasional, dan lokal berupaya memastikan pasokan berkelanjutan benih dan bibit pohon asli berkualitas tinggi untuk restorasi bentang alam, dengan fokus utama di Afrika. Inisiatif ini bertujuan menciptakan lingkungan yang mendukung penggunaan spesies asli serta memberikan panduan dan sumber daya bagi pemangku kepentingan publik dan swasta dalam pengelolaan pohon serta penguatan rantai pasokan.
Untuk mendukung upaya ini, Transformative Partnership Platform for Tree Seed and Seedling Delivery Systems (Tree Seed TPP) telah dibentuk untuk meningkatkan kolaborasi di seluruh Afrika, mendorong pengembangan sektor benih dan bibit pohon yang berkelanjutan, terintegrasi, dan berkualitas tinggi.
Inisiatif-inisiatif ini telah menunjukkan hasil nyata. Di Madagaskar, masyarakat berhasil merestorasi hutan daerah aliran sungai yang kritis dengan menggunakan spesies asli, sehingga meningkatkan ketahanan air dan memulihkan satwa liar endemik. Di Kenya, restorasi pohon asli telah meningkatkan pendapatan rumah tangga hingga 30% melalui pemanenan berkelanjutan buah, obat-obatan, dan produk hasil pohon lainnya. Selain itu, sumber pangan berbasis pohon seperti buah, kacang-kacangan, dan sayuran berdaun hijau berkontribusi besar terhadap ketahanan pangan dan gizi dengan menyediakan vitamin serta mineral penting sepanjang tahun.
Dengan berinvestasi dalam konservasi dan restorasi pohon asli, keanekaragaman hayati dapat diperkuat, ketahanan terhadap perubahan iklim meningkat, dan mata pencaharian masyarakat lokal terdukung. Keberhasilan upaya ini bergantung pada penanaman pohon yang tepat di tempat yang sesuai, sehingga spesies asli dapat tumbuh subur dan ekosistem tetap lestari bagi generasi mendatang.
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org