Liputan Acara

Robyn Nixon, Intrepid Travel: Tiga pertanyaan penting tentang ekowisata

Wisata berkelanjutan mempunyai nilai waktu dan usaha – untuk semua orang
Bagikan
0

Bacaan terkait

Seiring meningkatnya tanggung jawab lingkungan termasuk kebiasaan gaya hidup – mulai dari mode busana hingga pasar pertanian – dan juga munculnya generasi baru yaitu para pelancong yang mencari pengalaman pribadi di resor-resor inklusif, berdampak pada pertumbuhan potensi ekowisata yang melampaui status ceruk pasar sebagai konstituen utama industri pariwisata dengan nilai 7,6 triliun dolar AS. Rancangan arsitektur dan desain menggunakan bahan yang berkelanjutan dan  mengajari penduduk setempat, ada banyak cara untuk menyelaraskan elemen perjalanan yang baik dengan wisata berkelanjutan.

Pada acara Asia-Pacific Rainforest Summit 2018, kami berbicara dengan Robyn Nixon, manajer keberlanjutan Intrepid Travel, salah satu operator wisata petualangan terbesar di dunia, tentang pandangan bagaimana ekowisata bersinergi membantu penghidupan masyarakat, ekosistem dan kepuasan dari para pelancong – dan bagaimana mewujudkannya.

Transkrip ini telah diedit untuk membantu kejelasan percakapan.

Menurut Anda, bagaimana cara wisata bertanggung jawab dapat membantu masyarakat?

Saya pikir hal yang paling penting bagi pariwisata yaitu memberi peluang masyarakat untuk meningkatkan pendapatan, dengan pekerjaan sampingan untuk penghasilan tambahan. Hal ini memungkinkan masyarakat berinvestasi dalam infrastruktur yang mungkin tidak mereka miliki. Contohnya, seperti energi matahari yang dapat menghasilkan listrik bagi masyarakat, atau meningkatkan pasokan air, sanitasi, dan infrastruktur seperti jalan. Sering kali Anda menemukan ketika masyarakat terlibat dalam pariwisata, pemerintah kota setempat membantu investasi di bidang infrastruktur.

Dampak positif ini juga membantu masyarakat – khususnya para perempuan – untuk memiliki suara. Banyak ditemukan, para perempuanlah yang mengatur penginapan atau akomodasi untuk para pelancong. Melalui interaksi dengan para pelancong, menjadikan perempuan berdaya guna. Jadi kita melihat transisi nyata yang terjadi di masyarakat melalui pariwisata karena perempuan menjadi lebih aktif.

Hal lain dalam hubungan antara pariwisata dan masyarakat adalah banyaknya manfaat sekunder. Misalnya, banyak perempuan di Myanmar terlibat dalam proyek pariwisata masyarakat yang kami operasikan di sana: Awalnya, kami hanya menjalankan bisnis, membantu para perempuan untuk memahami tentang persiapan makanan dan kebersihan. Dan kami sebagai pelancong, tidak menginginkan adanya MSG dalam makanan kami. Jadi para perempuan mulai melakukan praktik tersebut dengan cara menyiapkan makanan mereka dengan kebersihan serta 7membuang MSG dari rumah mereka juga. Itu mulai memiliki manfaat kesehatan bagi mereka. Jadi sangat menarik bahwa Anda melihat manfaat sekunder ini.

Demikian pula, di banyak proyek pariwisata berbasis komunitas yang kami bangun, sementara tidak semua orang di masyarakat dapat dipekerjakan secara langsung mendukung pariwisata, kami menciptakan dana komunitas, dan seluruh masyarakat dapat memutuskan bagaimana menggunakan dana itu. Sekali lagi dalam proyek ini di Myanmar, tiga komunitas memutuskan untuk menyimpan uang selama dua tahun, dan itu berarti bahwa mereka akhirnya memiliki cukup dana untuk menyesuaikan apa yang diminta oleh pemerintah untuk menyediakan sarana listrik ke desa-desa mereka. Jadi ketiga desa sekarang telah memiliki listrik. Dan hal yang baik tentang itu adalah bahwa sekarang para pelancong kami dapat menikmati air panas, padahal sebelumnya mereka hanya memiliki pancuran mandi (ember), dan air yang direbus.

Sama halnya, hal itu memungkinkan mereka untuk membawa investasi ke hal-hal lain seperti biogas yang juga membantu melestarikan lingkungan, karena dapat mengurangi penggunaan minyak tanah atau kayu bakar.

Apa saja tantangan terbesar dan peluang ekowisata?

Membangun akomodasi atau infrastruktur dapat cepat terjadi. Namun membangun kapasitas komunitas untuk mandisi berusaha membutuhkan waktu lama. Membangun pariwisata berbasis komunitas memerlukan hingga dua atau tiga tahun sebelum suatu komunitas menjalankan bisnis mandiri.

Bagaimana isu ekowisata sejalan dengan tema di Asia-Pacific Rainforest Summit 2018, “Melindungi manusia dan hutan, mendukung pertumbuhan ekonomi?”

Wisata komunitas bukan hal baru. Perusahaan seperti kami telah tinggal bersama masyarakat cukup lama. Di Afrika, ada beberapa perusahaan luar biasa seperti Wilderness Safaris, yang membangun penginapan, dan masyarakat telah diberdayakan di pondok-pondok tersebut. Dalam beberapa kasus, dari waktu ke waktu masyarakat telah mengambil kepemilikan penuh manajemen pondok. Ada berbagai macam model pariwisata berbasis komunitas.

Saya pikir tantangannya sekarang adalah bagaimana kita memilih model berkelanjutan dan menerapkannya di lebih banyak tempat di dunia. Menurut saya, pemerintah dan pihak yang berwenang, terutama di wilayah di mana Anda memiliki sumber daya alam luar biasa, mengakui bahwa hal ini merupakan cara bagus untuk melestarikan lingkungan yaitu memberikan penghasilan bagi komunitas lokal seraya melindungi lingkungan itu. Tetapi sebenarnya menerapkan dan membangun infrastruktur di berbagai belahan dunia di mana kita perlu melakukan ini bukan pekerjaan cepat.

Hal ini membutuhkan banyak kemitraan. Seringkali dibutuhkan kemitraan dengan LSM yang telah bekerja sama dengan masyarakat, sebab amat penting untuk melibatkan konsultasi masyarakat sedari awal proyek. Pendanaan dari luar juga diperlukan termasuk kebutuhan ahli pariwisata, dari suatu konsultan dan bisnis seperti kami. Semuanya itu harus cukup menarik bagi wisatawan untuk ingin pergi ke sana. Sehingga semua aspek berjalan harmonis dan benar-benar pengelolaan secara baik, layak, berkelanjutan dan untuk proyek ekowisata jangka panjang membutuhkan banyak kemitraan, dan perlu perencanaan matang.

Saya pikir ada peluang besar melalui ekowisata untuk juga mendidik wisatawan dan dunia tentang pentingnya melestarikan warisan besar dunia, taman nasional dan hutan. Tetapi kita perlu berhati-hati tentang bagaimana kita akan melakukannya. Hal ini bukan sesuatu yang dapat Anda lakukan jika Anda berhasil menarik banyak wisatawan datang ke masyarakat, karena hal ini berpotensi merusak budaya lokal juga. Ini merupakan suatu keseimbangan yang rumit.

Kebijakan Hak Cipta:
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org