Berita

Definisi bentang alam, ‘pendekatan pemahaman harus dari bawah ke atas,‘ saran peneliti

Menghindari definisi dari atas ke bawah di Forum Bentang Alam Global
Bagikan
0
Kelompok perempuan di Desa Boepe kabupaten Merauke, provinsi Papua, Indonesia, melakukan latihan penilaian partisipatif mengenai bentang alam. Persepsi lokal mengenai bentang alam dan sumber daya hutan sangat penting. Michael Padmanaba/CIFOR

Bacaan terkait

Seiring meningkatnya populasi global dan berkurangnya sumber alam pendukung, pencarian solusi komplementer untuk tujuan lingkungan dan pembangunan dirasakan lebih mendesak.

Tidak mengherankan jika pendekatan bentang alam akan alokasi dan pengelolaan lahan semakin menonjol dalam beberapa tahun terakhir. Pendekatan ini, menurut sebuah makalah penelitian definitif, berusaha menyediakan “alat dan konsep untuk mengalokasikan dan mengelola lahan guna mencapai tujuan sosial, ekonomi, dan lingkungan di wilayah di mana pertanian, pertambangan, dan lahan produktif lainnya bersaing dengan tujuan lingkungan dan keanekaragaman hayati yang lebih baik. ”

Makalah berjudul Sepuluh prinsip pendekatan bentang alam untuk menyelesaikan masalah pertanian, konservasi dan persaingan penggunaan lahan lainnya, menawarkan kerangka kerja yang sengaja dibebaskan dan berskala luas. Namun, karena pendekatan ini memiliki daya penarik, para pakar pendekatan bentang alam “disesaki” untuk membuatnya lebih spesifik, kata Terry Sunderland, ilmuwan utama di Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR), dan seorang penulis pendamping makalah ini. “Orang bertanya: Apa itu pendekatan bentang alam? Apa saja yang mewakilinya? Dan mengapa kita tidak dapat membuat definisinya?”

Dalam acara Forum Bentang Alam Global (GLF), di Bonn, Jerman, Desember 2017, pertanyaan-pertanyaan ini muncul kembali dengan intensitas tinggi dalam berbagai sektor, namun Sunderland mengatakan bahwa menentukan pendekatan yang terasa kaku merupakan “sesuatu yang sengaja dihindari. ” Meski banyak pertanyaan itu valid, katanya, mencoba untuk menjawab semuanya akan memancing reaksi para ilmuwan “kembali ke lubang yang sama walau kami telah melakukan bersamaan dengan proses-proses lain. ”

Kerangka kerja seperti pendekatan bentang alam dapat membantu ilmuwan dan pembuat kebijakan untuk melihat lahan dengan cara yang sama, lebih holistik dan cara-cara integratif, termasuk manfaat yang didapat adalah bukti meningkat dengan bekerja menggunakan cara ini.

Dalam Forum ini, Sunderland berpartisipasi dalam diskusi dua bagian berjudul ‘Restorasi bentang alam untuk ketahanan pangan dan penghidupan yang tangguh’ dan penyampaiannya dalam Landscape Talk bertajuk ‘Pendekatan bentang alam terpadu: Dari teori hingga praktik’ untuk menambah perkembangan basis bukti dengan berbagi temuan – temuan terkini dari riset CIFOR mengenai layanan ekosistem yang mendukung pertanian.

   Terry Sunderland, paling kanan, bergabung dengan diskusi panel 'restorasi untuk ketahanan pangan' di Forum Bentang Alam Global di Bonn, Jerman. Pilar Valbuena Perez/CIFOR

DARI SILOS MENUJU IMPROVISASI JAZZ

Seperti yang Sunderland jelaskan, definisi dan kategori yang kaku semacam “mentalitas silo” terkait pendekatan bentang alamnya berusaha untuk dilupakan. “Tentu saja, kami para peneliti dan orang – orang yang logis,” ia mengakui –sehingga keharusan membuat urutan dan kategorisasi dapat dimengerti. “Tapi hal itu benar-benar menghambat.”

“Di luar sana di dunia di luar institusi penelitian kami, pendekatan benang alam tidak lain adalah ketertiban,” katanya. “Ini lebih merupakan kasus yang mengacaukan dan untuk cukup fleksibel menyesuaikan diri dengan perubahan, termasuk mengintegrasikan beberapa tujuan untuk mendapatkan manfaat terbaik.”

Sunderland menyamakan proses ini dengan sebuah band yang bermain jazz improvisasi: “Dari A sampai B setiap orang melakukan hal yang berhubungan dengan milik mereka sendiri, namun sejak awal, ada kesepakatan bagaimana mencapai produk akhir dengan mengikuti struktur dasar.”

Jadi setiap kerangka kerja yang diusulkan harus memberikan kelonggaran, katanya. Jika tidak, kita berisiko memaksakan sistem dan proses “dari atas” dengan mengorbankan pendengaran mereka yang mengetahui bentang alam yang dapat dipertanyakan lebih detil. “Saya pikir pemahaman masyarakat tentang bentang alam di tingkat dasar jauh lebih baik daripada yang kita sebut tingkat tinggi. Dan saya berpikir bahwa kita harus mempromosikan pemahaman dari bawah ke atas tentang pendekatan ini daripada memaksakan dari atas ke bawah.”

   Seorang petani dari Yangambi, Republik Demokratik Kongo. Sunderland mengatakan di banyak tempat, petani secara inheren memahami bentang alam mereka. Axel Fassio/CIFOR

PENGETAHUAN AKAR RUMPUT

Bagaimanapun, kata Sunderland, pendekatan untuk melihat bentang alam secara keseluruhan, bukan bagian kompositnya, sama sekali bukan hal baru. Setelah menghabiskan banyak karirnya di lapangan, dia dengan tegas percaya bahwa para petani dan pemburu yang bekerja bersamanya “secara inheren memahami apa itu bentang alam,” dengan cara yang mungkin tidak dilakukan ilmuwan pertanian dan kehutanan.

Sunderland memberi contoh petani kecil di salah satu lokasi penelitiannya yang melakukan perjalanan sehari-hari dari rumah ke peternakan, dan berjalan melalui sistem lahan yang sangat beragam untuk sampai ke sana. “Dan mereka tidak menganggapnya sebagai entitas yang terpisah, mereka tidak menganggapnya seperti itu, mereka memikirkan keseluruhan bentang alam secara menyeluruh.”

Meninjau kembali pemaparannya di GLF, Sunderland menyuarakan bahwa GLF bercita-cita untuk membuat sebuah gerakan satu miliar orang menyadari bentang alam berkelanjutan. “Namun saya beranggapan bahwa satu miliar orang sudah memahami konsep bentang alam jauh lebih baik daripada kami.”

Informasi lebih lanjut tentang topik ini hubungi Terry Sunderland di t.sunderland@cgiar.org.
Riset ini didukung oleh Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO), Bank Dunia, World Resources Institute (WRI), Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) dan donor CGIAR Fund.
Kebijakan Hak Cipta:
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org